Assalamu'alaikum para Saudaraku seiman,
Semoga keselamatan dan keberkahan kepadamu sekalian.
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah Tuhan semesta alam, serta shalawat dan salam atas Nabi junjungan Muhammad SAW, semoga cinta dan kasih sayangnya masih melekat di hati kita semuanya, amiin ya Allaah..
Lama tak nulis kerna kesibukan kerja, alhamdulillah saat ini saya mendapat hidayah dan kesempatan dari Allah untuk kembali berbagi dan sharing tentang perkara islam. Untuk kesempatan ini saya akan membahas tentang bagaimana memaknai tahun baru hijriah dengan judul " Memaknai Tahun Baru Hijriah Berdasarkan Sejarah Islam" berketepatan saat ini adalah 1 Muharram 1436 H. Hehehe. Sebelumnya saya mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam 1436 H ya kepada saudara-saudaraku semuanya.
Sepertinya muqoddimah dah siap dah, dari pada berlama-lama lebih baik kita langsung ke topik ( macam kata wak Tukul, "kembali ke laptop".
Artikel ini bermula dari status saya di Fb yang mengangkat tentang tahun baru islam,
" "Thola'al badru 'alaina, min syaniiyyatil wadaaa', wajabasysyukru 'alaaaina, mada'aaalillaaaahidaa"
mengenang kalimat yang didendangkan sekitar 578 tahun silam di Madinah
Maknanya boleh kita cerminkan dlm diri masing2...
Selamat Tahun Baru Hijriah 1436 H "
alhamdulillah banyak di antara saudaraku yang muslim kasi like. Yang paling menonjol adalah komentar dari om saya Muhammad Hasyim yang mengajukan pertanyaan kepada saya.
" Dulu bgt semangat sahabat menyambut kedatangan islam yg dibawa rasul kini semangat itu mulai hilang oleh sebahagian ummat islam penyebabnya adalah...... apa mikjlis cb jawab"
Menanggapi pertanyaan tersebut saya pun langsung berpikir dan mencoba mengingat sejarah islam dan membandingkannya dengan kehidupan ummat muslim pada saat ini, lalu saya pun membalas komentar om tersebut "
"....dari sejarah, kegembiraan ummat muslim pada saat seperti ini adalah kerna melihat datangnya Nabi, selamatnya Nabi dari kepungan para kafir, Bagaimana kegembiraan itu ?? mengapa ummat muslim begitu bergembira??
jawabannya tak lain adalah kerna kecintaan mereka kepada Agama Allah dan baginda SAW, kekhawatiran mereka , kecemasan mereka selama menunggu Nabi, Ketika dari jauh sahabat melihat kedatangan Nabi, mereka pun bersorak gembira dengan penuh syukur. Nah sekarang mengapa kegembiraan itu seakan tidak dikenang lagi??? Jawabnya adalah " Seberapa besar sekarang cinta yang dimiliki ummat muslim kepada Allah dan Baginda SAW"
banyak penyebabnya ooom, 3 yang paling menonjol menurut saya adalah
1. pemahaman tentang islam sangat minim, banyak diantara kita yang berlomba-lomba mengerjar kehidupan dunia, jadi sering lupa tentang hidup setelah matinya, makanya sekarang pendidikan islam itu gk terlalu menarik utk orangtua mengajarkan anak-anaknya (lihat berapa banyak sekarang ummat islam yang buta dengan al-quran, tapi siap berkorban mahal untuk sains, dan ilmu2 dunia yang lain;
ingat dalam Q.S Al-Anfal 8 : 2
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal"
apakah mungkin hati akan seperti itu jika mata hati dan mata lahir kita dah buta dengan al- quran?
2. ummat islam sekarang dilahirkan dalam ketentraman, sehingga sering lupa tentang sejarah islam, bagaimana perjuangan dan pengorbanan (harta dan nyawa) Rasulullah SAW dengan para sahabat untuk menegakkan syahadat, ( saya yakin jika ummat islam sekarang akan menolak jika ada kesempatannya syahid di jalan Allah, mereka akan menolak, dengan alasan dunianya )
3. Ummat islm sekarang jarang berbincang-bincang dengan Allah, jarang curhat dengan allah, jaaaauh dari Allah, bagaimana hidayah akan datang klu kita menutup hati??"
Hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin ini bukan tanpa alasan. Ada berbagai faktor yang menjadi pemicu untuk melakukan hijrah.
Firman Allah :
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri
sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam
keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang
tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya
neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,
Q.S An-Nisaa 4 : 97
Pertama : Karena adanya siksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Begitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman mulai diarahkan kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang beriman yang mengikutinya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpikir untuk mencari perlindungan di luar Makkah. Sehingga terjadilah hijrah kaum muslimin ke Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah.
Penyebab hijrah ini, di antaranya karena penyiksaan dan penindasan kaum kafir Quraisy atas kaum muslimin. Riwayat yang menguatkan faktor ini, tersirat dalam perkataan Bilal Radhiyallahu anhu ketika ia hendak berhijrah:
اللَّهُمَّ الْعَنْ شَيْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ وَعُتْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ وَأُمَيَّةَ بْنَ خَلَفٍ كَمَا أَخْرَجُونَا مِنْ أَرْضِنَا إِلَى أَرْضِ الْوَبَاءِ
Wahai Allah ! Laknatlah Syaibah bin Rabî'ah, 'Utbah bin Rabî'ah, dan Umayyah bin Khalaf, sebagaimana mereka telah menyebabkan kami keluar dari negeri kami ke negeri derita.
Juga hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma tentang hijrahnya orang tuanya. Beliau Radhiyallahu anhuma berkata:
اسْتَأْذَنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْخُرُوجِ حِينَ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْأَذَى
Abu Bakr Radhiyallahu anhu meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berhijrah, ketika penderitaannya terasa berat.
Kedua :Adanya kekuatan yang akan membantu dan melindungi dakwah, sehingga memungkinkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah dengan leluasa. Hal ini sebagaimana tertuang dalam nash Bai'atul-'Aqabah kedua. Yaitu kaum Anshâr berjanji akan melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana melindungi anak dan istri mereka.
Ketiga : Para pembesar kaum Quraisy dan sebagian besar masyarakat Makkah menganggap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pendusta, sehingga mereka tidak mempercayainya. Dengan kondisi seperti ini, maka beliau n ingin mendakwahkan kepada masyarakat lainnya yang mau menerimanya. Banyak dalil yang menunjukkan faktor ini, di antaranya ialah sebagaimana perkataan Sa'ad bin Mu'âdz Radhiyallahu anhu :
اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ أُجَاهِدَهُمْ فِيكَ مِنْ قَوْمٍ كَذَّبُوا رَسُولَكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَأَخْرَجُوهُ
Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang lebih aku sukai untuk aku jihadi mereka karena-Mu daripada suatu kaum yang telah mendustakan Rasul-Mu dan mengusirnya.
Keempat : Kaum muslimin khawatir agama mereka terfitnah. Ketika ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma ditanya tentang hijrah, beliau Radhiyallahu anhuma berkata:
كَانَ الْمُؤْمِنُونَ يَفِرُّ أَحَدُهُمْ بِدِينِهِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى وَإِلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ مَخَافَةَ أَنْ يُفْتَنَ عَلَيْهِ
Kaum mukminun pada masa dahulu, mereka pergi membawa agama mereka menuju Allah dan Rasul-Nya karena khawatir terfitnah.
Itulah beberapa faktor yang mendorong kaum muslimin berhijrah, meninggalkan negeri Makkah menuju negeri yang baru, yaitu Madinah. Semua ini dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah Azza wa Jalla .
Khabbab Radhiyallahu anhu berkata:
هَاجَرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ نَلْتَمِسُ وَجْهَ اللَّهِ فَوَقَعَ أَجْرُنَا عَلَى اللَّهِ
Kami hijrah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari wajah Allah, sehingga ganjaran kami benar-benar di sisi Allah Azza wa Jalla.
Dari faktor-faktor tersebut lihatlah, bagaimana perjuangan ummat muslim untuk mempertahankan iman saat itu. Berkorban harta, keluarga dan tanah kelahiran mereka sendiri demi mempertahankan imannya.
Jika kita pandang dalam kehidupan kita saat ini, mari kita tanyakan kepada hati kecil kita, apakah semangat islam itu masih bersemayam di hati kita? seberapa besar cinta kita sekarang kepada Allah dan RasulNya? Seberapa banyak cinta kita kita kepada ajaran Islam yang Rasulullaah dan para Sahabat perjuangkan di masa lalu? Seberapa solid persaudaraan kita sesama muslim sekarang?
Itu cukup kita jaan dalam diri masing-masing.
Simpulnya, hikmah dari Tahun baru Hijriah ini jika kita pandang dari sisi sejarah islam adalah :
Pertama: perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap Muslim, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Mekah menuju suasana yang prospektif di Madinah.
Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah dari hal-hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara dan harta benda mereka.
Ketiga: Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.
"dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang
beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan
tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi
Maha Bijaksana."
Q.S Al-Anfal 8 : 63
Ayok saudaraku, mari bergegas, janganlah kita terlena dengan kemilau dunia. Mari berhijrah , berhijrahlah untuk kebaikanmu jua.
"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini
tempat hijrah yang
luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud
berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum
sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.
Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "
Q.S An-Nisaa 4 : 100
Semoga kita selalu dalam lindungan allah SWT.
Semoga bermanfaat
wassalam :)
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 2:01:00 PM