Selamat membaca
tauhid
semoga bermanfaat

Al-kautsar an islamic side adalah blog tentang risalah/artikel islam dan aplikasi islami

Showing posts with label tauhid. Show all posts
Showing posts with label tauhid. Show all posts

Muhammad Adalah Manusia Pertama ( ISU )

Assalamu'alaikum,
Smoga saudara-saudaraku sekalian senantiasa dalam keadaan sehat dan baik hatinya, baik akalnya seta paling utama baik imannya, Aminnn.
Tak lupa kerna ini masih bulan syawal penulis ucapkan Minal'aidzin walfaidzin kepada shahib saya semua, smoga kita benar-benar menjadi hambanya yang Taqwa.

Dalam kesempatan ini , serta ucapan terimakasih saya kepada abanganda Ustadz Dr. Fuji Rahmadi P., MA yang telah memberi saya amanah untuk mempublikasikan sebuah rubrik hukum Islam yang sangat luar biasa menurut saya. Ialah tentang Isu bahwa Nabi Muhammad SAW Adalah Manusia Pertama yang beredar di kalangan masyarakat yang dipicu oleh beberapa pendapat. Kerna itu penulis mengangkat judul Muhammad Adalah Manusia Pertama ( ISU ) yang dikemas dalam sesi tanya jawab. Selamat membaca. 

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum ustadz,… Benarkah bahwa Nabi Muhammad saw. makhluk Allah yang pertama dan bahwa beliau diciptakan dari cahaya? Kami mengharapkan pendapat yang disertai dalil-dalil dari Alquran dan As-Sunnah. Terima kasih ustadz atas jawabannya. Dari Mustofa di Medan

Jawab:
Bapak/Saudara Mustofa yang dirahmati Allah, telah diketahui bahwa hadis-hadis yang menyatakan bahwa makhluk pertama adalah itu atau ini ... dan seterusnya, tidak satu pun yang shahih, sebagaimana ditetapkan oleh para ulama Sunnah. Oleh karena itu, kami dapatkan sebagian bertentangan dengan sebagian lainnya. Sebuah hadis mengatakan, "Bahwa yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah pena."

Hadis lainnya mengatakan, “Aku ini telah menjadi Nabi ketika Adam masih dalam keadaan antara ruh dan jasad”. Hal ini juga didukung oleh hadis yang mengatakan bahwa: "Yang pertama kali diciptakan Allah adalah akal." Telah tersiar di antara orang awam dari kisah-kisah maulid yang sering dibaca bahwa Allah menggenggam cahaya-Nya, lalu berfirman, "Jadilah engkau Muhammad." Maka ia adalah makhluk yang pertama kali diciptakan Allah, dan dari situ diciptakan langit, bumi dan seterusnya. 

Dari itu tersiar kalimat: "Shalawat dan salam bagimu wahai makhluk Allah yang pertama," hingga kalimat itu dikaitkan dengan adzan yang disyariatkan, seakan-akan bagian darinya. Perkataan itu tidak sah riwayatnya dan tidak dibenarkan oleh akal, tidak akan mengangkat agama, dan tidak pula bermanfaat bagi perkembangan dari peradaban dunia.

Keawalan Nabi Muhammad saw. sebagai makhluk Allah tidak terbukti, seandainya terbukti tidaklah berpengaruh pada keutamaan dan kedudukannya di sisi Allah. Tatkala Allah Ta'ala memujinya dalam Kitab-Nya, maka Allah memujinya dengan alasan keutamaaan yang sebenarnya. Allah berfirman: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar orang yang berbudi pekerti agung" (QS. Al-Qalam: 4).

Hal itu yang terbukti dan ditetapkan secara mutawatir. Nabi kita Muhammad saw. adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib Al-Hasyimi Al-Quraisy yang dilahirkan lantaran kedua orang tuanya, Abdullah bin Abdul Muththalib dan Aminah binti Wahb, di Mekkah, pada tahun Gajah. Beliau dilahirkan sebagaimana halnya manusia biasa dan dibesarkan sebagaimana manusia dibesarkan. Beliau diutus sebagaimana para Nabi dan Rasul sebelumnya diutus, dan bukan Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul.

Beliau hidup dalam waktu terbatas, kemudian Allah memanggilnya kembali kepada-Nya: "Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)." (QS. Az-Zumar: 30). Beliau akan ditanya pada hari Kiamat, sebagaimana para Rasul ditanya: "(Ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan para Rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka), 'Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?' Para Rasul menjawab, 'Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu) sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahui perkara yang gaib'." (QS. Al-Maidah: 109).

Alquran telah menegaskan kemanusiaan Muhammad saw. di berbagai tempat dan Allah memerintahkan menyampaikan hal itu kepada orang-orang dalam berbagai surat, antara lain: "Katakanlah, 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukann kepadaku, Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa ...'." (QS. Al-Kahfi: 110)."Katakanlah, 'Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi Rasul?'" (QS. Al-Isra': 93).

Ayat di atas menunjukkan bahwa beliau adalah manusia seperti manusia-manusia lainnya, tidak memiliki keistimewaan, kecuali dengan wahyu dan risalah. Nabi saw. menegaskan makna kemanusiaannya dan penghambaannya terhadap Allah, dan memperingatkan agar tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan dari orang-orang sebelum kita, yaitu penganut agama-agama terdahulu dalam hal memuja dan menyanjung: "Janganlah kamu sekalian menyanjungku sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa putra Maryam. sesungguhnya aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Bukhari).

Nabi yang agung ini adalah manusia seperti manusia lainnya dan tidak diciptakan dari cahaya maupun emas, tetapi diciptakan dari air yang memancar dan keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang rusuk wanita sebagai bahan penciptaan Muhammad saw. Adapun dari segi risalah dan hidayat-Nya, maka beliau adalah cahaya Allah dan pelita yang amat terang. Alquran menyatakan hal itu dan berbicara kepada Nabi saw.: "Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan. Untuk menjadi penyeru pada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi."(QS. Al-Ahzab: 45-6).

Allah swt. berfirman yang ditujukan kepada Ahlul kitab: "... Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan." (QS. Al-Maidah: 15). "Cahaya" dalam ayat itu adalah Rasulullah saw, sebagaimana Alquran yang diturunkan kepada beliau adalah juga cahaya. Allah swt. berfirman: "Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya serta cahanya (Alquran) yang telah Kami turunkan." (QS. At-Taghaabun: 8). "... dan telah Kami turunkan kepada kamu cahaya yang terangbenderang." (QS. An-Nisa': 174). Allah telah menentukan tugasnya dengan firman-Nya: "... Supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang..." (QS. Ibrahim: 1).

Doa Nabi saw.: "Ya Allah, berilah aku cahaya di dalam hatiku berilah aku cahaya dalam pendengaranku dan berilah aku cahaya dalam penglihatanku berilah aku cahaya dalam rambutku berilah aku cahaya di sebelah kanan dan kiriku di depan dan di belakangku." (HR. Muttafaq Alaih). Maka, beliau adalah Nabi pembawa cahaya dan Rasul pembawa hidayat. 


Dari uraian pendapat dan dalil yang telah disuguhkan di atas, telah jelaslah Isu tentang Muhammad Adalah Manusia Pertama merupakan ISU belaka yang tiada dalil jyang shahih sebagai pendukungnya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang mengikuti petunjuk cahaya dan Sunnahnya. Aminn

Wassalam..
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 1:44:00 AM

Tauhid dalam Bacaan dan Gerakan Shalat

Bismillahirrohmaanirrohiim....,

Assalamuálaikum warohmatulloohi wabarokatuh,
Smoga keselamatan dan keberkahan Alllah atas mu saudara-saudaraku seiman...

Dimulakan dengan firman Allah :

Bismillah...


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah  kepada-Ku.
Q.S Adz--Dzariyat 51 : 56


Pastinya ayat tersebut diturunkan Allah dengan maksud untuk menjelaskan tugas jin dan manusia di bumi yaitu untuk beribadah kepadaNya sebagai sang Khalik yang telah menciptakan manusia. jin dan alam semesta. 

Dalam tafsir Al-Misbah, oleh Quraish Shihab (2003:356) menjelaskan tentang maksud ayat tersebut adalah Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah butuh kepada mereka. Ayat tersebut dengan gamblang telah menjelaskan bahwa Allah Swt dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar mengabdi / beribadah kepada-Nya. Bukan sekedar untuk hidup kemudian menghabiskan jatah umur lalu mati.

Adapun ibadah dalam hal ini adalah menyangkut dari semua amalan manusia yang bersifat penghambaan atau pengabdian diri kepada Allah. Quraish Shihab juga menegaskan bahwa ibadah terdiri dari ibadah besar (mahdhah) dan ibadah kecil (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam hal ini sesuai judul yang penulis utarakan di atas, penulis akan membahas tentang ibadah Shalat yang merupakan tiang dari agama seorang Muslim.
Firman Allah :

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا 

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman"
Q.S An-Nisa' 4 : 103

Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa muslim tiap-tiap memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara shalatnya.

Saudaraku....., tentang arti shalat itu sendiri rasanya telah banyak dituliskan dan merupakan hal yang sangat lazim kita ketahui dan kita kerjakan sehari-hari. Shalat merupakan ibadah yang terstruktur, artinya ibadah yang memiliki aturan dan rukun yang dilakukan secara tertib tanpa meninggalkan salah satu di antaranya dan tidak pula mendahului atau mengakhirkan rukunnya.

Perkara rukun, rukun dalam Shalat itu sendiri ada 13 perkara :
  • Niat;
  • Berdiri bagi yang mampu;
  • Takbiratul ikram;
  • Membaca Q.S Al-Fatihah;
  • Ruku'
  • I'tidal;
  • Sujud;
  • Duduk di antara dua sujud;
  • Duduk Tasyahud akhir;
  • Membaca tasyahud akhir;
  • Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW;
  • Salam;
  • Tertib.
Nah sekarang mari kita bahas tentang tauhid yang ada dalam setiap gerakan dan bacaan pada rukun shalat itu.

Pertama, Niat.., niat adalah suatu i'tikad yang tersirat dalam hati seseorang untuk melaksanakan sesuatu...,
Rasulullah SAW bersabda : 
"Tidak syah shalatnya kalau tidak hadir Hatinya atau Qalbunya."
secara tauhid niat merupakan kunci dasar dari amalan shalat..., ialah kontak pertama dengan Allah dengan penyerahan diri, pernyataan seorang hamba untuk tunduk kepada Allah.

Kedua, berdiri bagi yang mampu,  hal ini merujuk kepada firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah 2 : 238 yang artinya :
“Peliharalah semua shalat dan shalat wustha dan berdirilah untuk Allah dengan khusyu”
Dalam sebuah hadist : 
“Shalatlah sambil berdiri, jika kamu tidak mampu shalatlah sambil duduk dan jika kamu tidak mampu shalatlah sambil berbaring”
(HR. Bukhari dari Imran bin Hushain)
secara tauhid..., ini menjelaskan bahwa seorang mukmin telah siap jiwa dan semanpu raga untuk menghadap Allah, memberikan yang terbaik dari yang ia miliki sehingga shalatnya sempurna.

Ketiga, Takbiratull ikram..., dengan Lafaz Alloohuakbar yang artinya Allah Maha Besar.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Kunci shalat adalah bersuci, dan pengharamnya adalah takbir dan penghalalnya adalah mengucapkan salam” 
(HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
secara tauhidnya hal ini sangatlah mendalam...., Allahuakbar..., begitu banyak makna dari kata tersebut. Allah maha besar..., ialah menyatakan yang Besar, yang Tinggi dan Yang Maha Kuasa dari segalanya adalah Allah. Manusia hanyalah seorang hamba yang hina yang tiada apa-apanya jika ia membandingkannya dengan Allah. Secara ilmiah manusia hanya memiliki dimensi yang sangat rendah yang tiada bisa memetakan dimensi Tuhan dalam dirinya...,
Sungguh sangat ia terlupa jika ada sombong di hati seseorang. Na'udzubillahimindzalik.

Keempat, Membaca Q.S Al-Fatihah, ialah kunci dari shalatnya seorang muslim, dalam Hadist :
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak syah shalat bagi orang yang tidak membaca surat Al-Fatihah”
(HR Muslim)
Disebut al-Fatihah artinya pembukaan kitab secara tertulis. Dan dengan al-Fatihah itu dibuka bacaan shalat. Anas bin Malik menyebutkan, al-Fatihah itu disebut juga Ummul Kitab menurut jumhur ulama. Dalam hadits shahih yang di riwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia menuturkan, Rasulullah bersabda : "Adalah Ummul Qur'an, as-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), dan al-Qur'anul 'Adzim." Surat ini disebut juga al-Hamdu dan as-Shalah. Hal itu dididasarkan pada sabda Rasulullah, dari Rabbnya berfirman :

"Aku membagi Shalat dengan hamba-Ku menjadi dua bagian. Jika seorang hamba mengucapkan: "alhamdulillahi rabbil 'alamin, maka Allah berfirman : Aku telah dipuji oleh hamba-Ku."

Al-Fatihah disebut Ash-Shalah, karena al-Fatihah itu sebagai syarat sahnya shalat. Selain itu al-Fatihah disebut juga asy-Syifa’, berdasarkan hadits riwayat ad-Darimi dari Abu Sa’id sebagai hadits marfu’ : Fatihatul kitab itu merupakan syifa’ dari setiap racun.
Tahuhid dalam bagian ini menyangkut keseluruhan shalat, tentang arti dari shalat yaitu  “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “menghadirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya”
(Hasbi Asy-Syidiqi, 59)
Wallohua'lam

Kelima, Ruku' , Ruku secara bahasa adalah menunduk. Secara Syar'an adalah menundukkan badan hingga kedua telapak tanganna meraih/bersandar pada kedua lututnya, dan bahwa Ruku?nya Rasul saw itu tepat dalam posisi 90 derajat, hingga andai ditaruh sebuah gelas dipunggungnya niscaya tak tumpah, menunjukkan lurusnya posisi punggung beliau dalam 90 derajat.  Sabda Rasulullah :
Wahai kaum muslimin, tidak ada shalat bagi mereka yang tidak menegakkan punggungnya ketika ruku’ dan sujud’” (HR Ahmad 16297, Ibnu Majah 871 dan dishahihkan oleh al Albani dalam Shahihul Jami’ 7977)
Bacaan dari ruku' : Subhaana Rabbiyal ‘Adhiimii wa bi hamdih” yang berarti “Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan puji-Nya”. Hal ini menunjukkan kesucian dari zat Allah yang Maha Agung.
Tauhid dalam rukun mengacu kepada arti dari ruku' itu sendiri, "Tunduk". Dengan ini seorang yang shalat menyatakan ketundukannya kepada Ilahi, merupakan sikap penghambaan diri seorang hamba yang tiada daya melainkan Ia yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa.

Keenam, I'tidal, secara arti ialah berdiri tegak.... Secara syar'an berarti tegak berdiri kembali ke posisi semula sebelum ruku'-nya. 
Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang salah dalam shalatnya:
“Kemudian berdirilah sehingga engkau tegak berdiri (I’tidal)” 
(HR Bukhari )
Bacaan I'tidal : “Sami’allahu liman hamidah Rabbanaa lakal hamdu mil ‘us samaawaati wa mil ul ardhi wa mil ‘u maa syi’ta min syai’in ba’du” yang artinya “Allah sungguh mendengar para pemuji-Nya, Ya Allah Tuhan kami ! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu”

secara tauhid yang penulis ketahui, hal ini mengacu pada Sabda Rasulullahh : 
"Apabila mengangkat kepalanya (bangkit dari ruku'), maka beliau Saw meluruskan (badannya)hingga semua rangkaian tulang belakangnya kembali ke posisinya". [HR. Bukhari]

Ketujuh, Sujud.., Secara bahasa adalah merendahkan diri serendah rendahnya. Secara syar'an adalah meletakkan 7 anggota sujudnya pada bumi tempat ia melakukan shalat, yaitu kedua telapak tangan, kedua lutut, kedua kaki, dan Dahinya, dengan mengangkat belakang tubuhnya lebih tinggi dari posisi dahinya, melambangkan kerendahan yg serendah rendahnya atas dahi. 
Sabda Rasulullah : 
“Kemudian sujudlah, sehingga kamu thuma’ninah dalam melaksanakannya” (HR Bukhari)
Bacaan dalam adalah “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih” yang berarti “Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya”
Dalam hal tauhid.., sangat banyak makna yang terkandung dalam rukun ini. Iyalah..., sujud, meletakkan dahi ke tempat terendah, bahkan lebih rendah dari tumit yang biasanya berada di tempat terendah ketika seseorang berdiri...., sementara dahi adalah bagian dari wajah atau image seseorang yang ianya dipandang terhormat, hebat dan mulia, tapi secara hakekatnya ia menunjukkan bahwa ia tiada apa-apanya di hadapan Allah, manusia sangatlah lemah. Tiada hal yang dapat menjadikan alasan bagi seseorang untuk mencokkakkan wajahnya setinggi-tingginya dalam kehidupan karena masih ada Zat yang Maha Kaya dan Maha Tinggi.

Kedelapan, Duduk antara dua sujud, Duduk antara dua sujud secara bahasa adalah duduk sebagaimana yang kita pahami, dan secara syar'an pun demikian, duduk dalam posisi apapun yg disebut duduk tetap sah shalatnya, misalnya bersila, tetap sah shalatnya, dan sunnah adalah duduk dengan Iftirash dengan menegakkan telapak kaki kanan dan menghamparkan kaki kiri sebagaimana kita lihat orang yg melakukan duduk dalam shalat.
Bacaan dalam rukun ini merupakan doa, ialah “Robighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii, wa’aafinii, wa’fu ‘annii” yang artinya Ya Allah, Ampunilah aku, Belas kasihanilah aku, Cukupkanlah segala kekuranganku, Angkatlah derajatku, Berilah rezeki kepadaku, Berilah petunjuk kepadaku, Berilah kesehatan kepadaku, dan berilah ampunan kepadaku”
Dalam arti tauhid, ialah seseorang yang shalat memohon atau memanjatkan munajah dengan duduk bersimpuh menghadap ridhaNya.

Kesembilan, Duduk Tahiyyat akhir, Tahiyyat secara bahasa adalah kemuliaan, secara syar'an adalah Salam kepada Allah, sebagaimana para sahabat mengucapkan salam pada Rasul SAW, salam pada sesama muslim, merekapun mengucapkan salam kepada Allah, maka Rasul saw bersabda : Jangan ucapkan salam pada Allah, karena Allah adalah Assalaam, tapi ucapkanlah Attahiyyatu lillah (Syarh Baijuri Bab Shalat). Dalam rukun ini seorang mukmin membaca Tasyahhud, yaitu secara bahasa adalah mengucapkan syahadat, secara syar'an adalah terbagi dua, Tasyahhud awwal dan Tasyahhud Akhir, tasyahhud awal (sunnah) adalah duduk setelah sujud kedua pada rakaat kedua, lalu membaca doa tasyahhud awal sebagaimana dijalankan oleh muslimin dan yang itu semua telah diajarkan oleh Rasul SAW, demikian pula Tsyahhud Akhir, yaitu ucapan yg merupakan percakapan antara Allah dan Rasul saw di malam Mi'raj beliau, sebagaimana Rasul SAW menceritakannya : aku bersujud dan berucap : Attahiyyatulmubarokatu..., dan seterusnya, Lalu Allah menjawab Assalaamu alaikua Ayyuhannabiyy.., lalu aku menjawab : Assalaamu alaina.., maka percakapan ini dijadikan kewajiban utk selalu diucapkan oleh setiap ummatnya, karena saat itu lah diwajibkannya shalat, maka shalat menyimpan rahasia kemuliaan Mi'raj Rasulullah SAW kepada Allah SWT. Adapun Menunjukkan jari ketika sedang tahiyat, tepatnya pada saat syahadat.
Merupakan pernyataan kesaksian diri. Sebagai mana telunjuk manusia diacungkan ketika ia disebutkan atau menyatakan sesuatu. Disini seorang mukmin menyatakan diri bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Kesepuluh, Membbaca Tasyahud Akhir, hal ini telah dijelaskan pada penjelasan rukun kesembilan di atas.

Kesebelas,  bersholawat kepada Nabi,  secara tauhid ialah sholawat kepada Nabi yang Allah beserta malaikatnya selalu bersholawat keppada Beliau.
Seperti yang Allah firmankan dalam ayaatul ukhro :
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
(QS al-Ahzab: 56)

Keduabelas, Salam..., Salam adalah ucapan dari rukun shalat yg terakhir degan niat selesai dari shalat, ucapan salam yangg pertama merupakan rukun shalat, dan salam yg kedua adalah sunnah, mengenai kpd siapa ucapan tersebut memang banyak khilaf, namun bukan itu daripada tujuan utama mengucapkan salam, karena tujuan utama dari salam dan seluruh gerakan shalat adalah Ittiba'lirrasul SAW dengan landasan perintah Allah swt dengan puluhan ayat pd Al Quranulkarim yg memerintahkan kita taat kepada Rasul SAW, dan mengikuti perintah Beliau.
Secara Tauhidnya..., seorang muslim setelah shalatnya telah siap menjadi hamba yang bermanfaat bagi orang lain diawali dengan membacakan salam. Sebagaimana sabda Rasulullah :

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain"
(HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah).

Ketigabelas, Tertib.., ialah melaksanankan setiap rangkaian rukun secara berurutan, tiada mendahului atau menempatkannya di akhir.
secara tahuhid mungkin ini bisa mengacu pada kedisiplinan, seorang muslim ialah ummat yan
g disiplin, dengan  begitu banyak amalan dan kewajiban yang diwajibkan kepadanya, dengan disiplin ia akan mampu menjalaninya dengan tiada beban dan mengganggu waktunya.

Wallahu'aklam....,
Semoga tulisan ini bermanfaat sebagai penggugah hati dan pengetahuan kita. Tiada kesempurnaan dalam tulisan ini, andai ada yang salah dalam penyampaian atau maknanya mohon diberi masukan,
Wassalamu'laiakum warohmatulloohi wabarikatuh.

Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 11:42:00 AM
Home

Terpopuler