Selamat membaca
Motivasi
semoga bermanfaat

Al-kautsar an islamic side adalah blog tentang risalah/artikel islam dan aplikasi islami

Showing posts with label Motivasi. Show all posts
Showing posts with label Motivasi. Show all posts

Makna dan Indahnya Kasih Sayang

Assalamu'alaikum...
Pada kesempatan ini kita akan membahas tentang kasih sayang.
Sebagai insan ciptaan Allah alhamdulillah kita dianugerahkan hati yang merasakan. Sehingga kita berpotensi untuk menjadi baik dan sebaliknya pula. Tergantung bagaimana kita menjaganya dan menggunakannya. Ialah tentang Makna dan Indahnya Kasih Sayang. Bahkan hewan saja yang tiada anugerahi akal tetapi tetap memiliki cinta, kasih dan sayang nan mesra.

Rasa Kasih sayang adalah Rasa yang timbul dalam diri hati yang tulus untuk mencintai, menyayangi, serta memberikan kebahagian kepada orang lain , atau siapapun yang dicintainya. Kasih sayang diungkapkan bukan hanya kepada kekasih tetapi kasih kepada Allah, Orang Tua, keluarga, Teman, serta makhluk Lain yang Hidup dibumi ini. (Desi Spectryani)

Firman Allah ( dalam Q.S Al-An'am 6 : 54 ) : 

"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum[1]. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang[2], (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan[3], kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan Mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

[1] Salaamun 'alikum artinya Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu.
[2] Maksudnya: Allah telah berjanji sebagai kemurahan-Nya akan melimpahkan rahmat kepada mahluk-Nya.
[3] Maksudnya Ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang melakukan kejahatan karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau karena dorongan hawa nafsu.

Maha Suci Allah, Zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada semua makhluk-Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut. Dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut. Jika kemampuan kita menyayangi orang lain tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah hanya akan diberikan kepada orang-orang yang hatinya masih memiliki kasih sayang kepada saudara dan orang lain.

Karena itu, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup. Kita bisa mengasahnya dengan merasakan keterharuan dari kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk memperhatikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela bersusah-payah membacakan buku, koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra sehingga mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas.

Rasulullah SAW bersabda,

 ''Allah SWT mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan Ia menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti.'' 
(HR Muslim).

Dari hadis ini tampak bahwa walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya. Karena itu sudah sepantasnya jika kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan Allah SWT. Tanyakanlah kembali pada diri ini sampai sejauhmana kita menghidupkan kalbu untuk berkasih sayang dengan makhluk lain?

Kasih sayang dapat diibaratkan pancaran sinar matahari di pagi hari. Dari dulu sampai sekarang ia terusmenerus memancarkan sinarnya, dan ia tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya seperti itulah sumber kasih sayang di kalbu kita yang melimpah terus tidak pernah ada habisnya. Untuk memunculkan kepekaan dalam menyayangi orang lain, kita bisa mengawalinya dengan lebih dulu menyayangi diri sendiri. Hadapkanlah tubuh ini ke cermin seraya bertanya: Apakah wajah indah ini akan bercahaya di akhirat nanti, atau justru sebaliknya, wajah ini akan gosong terbakar nyala api Jahannam?

Tataplah hitamnya mata kita, apakah mata ini, mata yang bisa menatap Allah, menatap Rasulullah SAW, menatap para kekasih Allah di surga kelak, atau malah akan terburai karena maksiat yang pernah dilakukannya? Bibir kita, apakah ia akan bisa tersenyum gembira di surga sana atau malah bibir yang lidahnya akan menjulur tercabik-cabik? Perhatikan pula tubuh tegap kita, apakah ia akan berpendar penuh cahaya di surga sana, sehingga layak berdampingan dengan pemiliki tubuh mulia, Rasulullah SAW, atau tubuh ini malah akan membara, menjadi bahan bakar bersama hangusnya batu-batu dalam kerak Jahannam?

Bersihnya kulit kita, renungkanlah apakah ia akan menjadi indah bercahaya ataukah akan hitam legam karena gosong dijilat lidah api Jahannam? Mudah-mudahan dengan bercermin sambil menafakuri diri, kita akan lebih mempunyai kekuatan untuk menjaga diri kita. Jangan pula meremehkan makhluk ciptaan Allah, sebab tidaklah Allah menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang Allah ciptakan penuh dengan ilmu dan hikmah. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja karunia Allah Azza wa Jalla adalah sarana bertafakur kalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.

Dikisahkan di hari akhir datang seorang hamba ahli ibadah kepada Allah dengan membawa aneka pahala ibadah, tetapi Allah malah mencapnya sebagai ahli neraka. Ternyata karena suatu ketika si ahli ibadah ini pernah mengurung seekor kucing sehingga si kucing tidak bisa mencari makan dan tidak pula diberi makan sampai ia mati kelaparan. Ternyata walau ia seorang ahli ibadah, laknat Allah tetap menimpanya, karena tidak menyayangi makhluk lain.

Tetapi ada kisah sebaliknya, suatu waktu seorang wanita berlumur dosa sedang beristirahat di pinggir sebuah oase yang berair dalam di sebuah lembah padang pasir. Tiba-tiba datanglah seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan. Melihat kejadian ini, tergeraklah si wanita untuk menolongnya. Dibukalah terompahnya untuk dipakai menciduk air untuk diberikan pada anjing tersebut. Subhanallah, dengan izin Allah, terampunilah dosa wanita ini. Jika hati kita mampu meraba derita makhluk lain, insya Allah keinginan untuk berbuat baik akan muncul dengan sendirinya.

Hidupnya hati hanya dapat dibuktikan dengan apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa artinya hidup kalau tidak punya manfaat? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itupun hanya singgah sebentar saja. Tidak ada salahnya kita terus berpikir dan bekerja keras untuk menghidupkan kasih sayang di dalam hati. Insya Allah bagi yang telah tumbuh kasih sayang di kalbunya, Allah yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya mencari nafkah dan ringan pula dalam menafkahkannya di jalan Allah, ringan dalam mencari ilmu dan ringan pula dalam mengajarkannya, ringan dalam melatih kemampuan diri dan ringan pula dalam membela orang lain yang teraniaya, subhanallah.

Cara lain yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk menghidupkan hati nurani agar senantiasa diliputi cahaya kasih sayang adalah dengan bersilaturahmi kepada orang-orang yang dilanda kesulitan. Datanglah ke daerah terpencil, tengok saudara-saudara kita di rumah sakit, atau pula dengan selalu mengingat umat Islam yang sedang teraniaya, seperti di Irak, Palestina, atau di tempat-tempat lainnya.

Belajarlah terus untuk melihat orang yang kondisinya jauh di bawah kita, insya Allah hati kita akan melembut karena senantiasa tercahayai pancaran sinar kasih sayang. Dan hati-hatilah bagi orang yang bergaulnya hanya dengan orang-orang kaya, orang-orang terkenal, para artis, atau orang-orang elit lainnya, karena yang akan muncul justru rasa minder dan perasaan kurang dan kurang akan dunia ini, masya Allah.

Semoga bermanfaat....
Wassalam :)



*Special thanks to my great father H. R. Bambang JR,MM who's inspirated me to write this note...
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 6:51:00 AM

Meningkatkan Semangat Hidup ( Analogi dan Dasar )

Bismillaahirrohmaanirrohiim....
Assalamualaikum.
Smoga semua pada sehat dan dalam rahmat Allah..., heheheheh

Kali ini kita akan membahas tentang bagaimana caranya memacu atau Meningkatkan Semangat hidup, apa dasar dan analoginya?
Lagi-lagi tulisan ini penulis kutip dari buku Mutiara Tausyiah H.R.Bambang JR,MM, tentunya dengan amanah beliau. Selamat membaca  :).

Dimulakan dengan Firman Allah (QS.Yusuf 12 : 87 ) : 

"Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Semoga Allah yang Menggenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita semua agar dapat memahami hikmah di balik kejadian apapun yang menimpa. Dan, semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apapun dengan sikap terbaik kita. 

Saudaraku, yang mahal dalam hidup ini adalah semangat dan kemampuan untuk mempertahankan semangat tersebut. Kita tidak akan pernah meraih apapun yang dalam hidup ini tanpa adanya semangat. Bahkan, kita pantas melupakan kesuksesan kalau kita tidak memiliki semangat. 

Rahasia seorang pemimpin, rahasia seorang entrepreneur, dan seorang yang sukses adalah kemampuannya untuk selalu bersemangat dan mampu menularkannya pada orang lain. Dengan semangat yang menggebu, seseorang akan memiliki kemampuan untuk membaca peluang lebih banyak dibanding orang yang tidak bersemangat. Kalau orang sudah bersemangat dalam hidup, maka ia akan mampu berbuat lebih banyak. Dan, semangat itulah yang bisa menggerakkan.

Seseorang rela berhujan-hujanan pergi ke pengajian. Apa sebabnya? Ia bersemangat mencari ilmu. Seorang pemuda rela pergi malam-malam ke rumah kekasihnya. Apa sebabnya? Ia bersemangat untuk bertemu dengan si dia. 

Maka pertanyaan yang layak kita kemukakan adalah: bagaimana agar kita selalu bersemangat dalam hidup? Semangat akan tumbuh bila ada harapan. Setiap ada harapan, maka di sanalah ada semangat. Sebagai ilustrasi, ada seseorang terjebak dalam gua yang gelap. Badannya sudah lemah dan harapannya sudah hampir habis. Ketika itu ia melihat setitik cahaya dan terpaan semilir angin. Apa yang terjadi pada orang tersebut? Sudah dapat ditebak, semangatnya akan bangkit kembali. Ia menyangka bahwa di sekitarnya pasti ada lubang, dan ia pun akan berjuang untuk mencari lubang angin dan cahaya tersebut. Termasuk dalam bab cinta. Kita akan bersemangat mencintai seseorang, tatkala ada harapan untuk mendapatkannya. 

Dari mana harapan itu datang? Ternyata, harapan tidak timbul dengan sendirinya. Harapan timbul dari input (informasi) yang kita dapatkan. Artinya, orang yang akan selalu bersemangat adalah orang yang memiliki kebiasaan (tradisi) mengumpulkan dan menghimpun informasi. Maka, kalau kita ingin menjadi orang yang selalu bersemangat dalam hidup, maka kita jangan pernah berhenti menghimpun informasi. Berhenti mencari informasi, harapan berkurang, maka semangat pun pasti berkurang. Lalu, input atau informasi seperti apa yang harus kita dapatkan? Tentu input yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi standar BAL (benar, akurat, dan lengkap). 

Sebuah keputusan yang tepat biasanya diawali dengan adanya tradisi pengumpulan informasi yang BAL. Kalau kita memiliki tradisi ini, kita akan semakin bersemangat dan memiliki peluang besar untuk menghasilkan keputusan yang tepat dalam hidup. Inilah modal yang paling mahal dari seorang yang ingin sukses dalam hidupnya. 

Kalau kita menelaah Alquran, kata iqra sebagai kata pertama dari Alquran yang diturunkan pada Rasulullah SAW maknanya tidak sekadar membaca, tapi juga menghimpun informasi. Karena itu, tradisi mengumpulkan informasi jauh-jauh hari sudah diperintahkan Allah SWT. 

Masalahnya, tradisi menghimpun informasi ini belum menjadi keseharian kita. Kebanyakan, hari-hari kita berlalu begitu saja tanpa ada manfaat. Kalaupun ada informasi yang masuk, mekanisme kita sering salah, serampangan, dan tidak dipilah-pilah. Karena itu, yang timbul adalah semangat emosi bukan semangat solusi. Jadi, kita harus mulai mengubah cara berpikir atau paradigma tentang informasi. Uang yang kita gunakan untuk menghimpun informasi bukan sebuah pengeluaran, tapi investasi. 

Marilah kita iqra, punya tradisi, perangkat, uang untuk selalu bergerak berdasarkan informasi yang BAL agar tindakan kita benar-benar akurat. Kalau kita kaya dengan informasi, otomatis kita akan kaya dengan harapan, kaya dengan semangat, dan tindakan kita akan selalu tepat dan akurat. Pergi ke mana saja kita harus menjadi penghimpun informasi. 

Artinya, bercita-cita apapun kita, pertanyaannya, sejauh mana kita gemar terhadap informasi yang BAL? Informasi bisa lewat buku, media cetak, televisi, internet, atau seorang guru. Karena itu, kalau kita berjumpa dengan seseorang, maka usahakan perjumpaan tersebut bisa menambah input yang benar bagi kita. Lihat pemilu, seharusnya mampu mendatangkan input bagi peningkatan kualitas diri kita. Intinya, dalam kondisi apapun jadikanlah kita penampung informasi yang BAL. Bila ini yang terjadi, insya Allah hidup akan terasa lebih mudah. 
Wallahu a'lam bish-shawab. 

Semoga bermanfaat.
Wassalam
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 7:13:00 PM

Mengingat Mati


Bismillahirrohmaanirrohiim.
Assalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokaatu.
Semoga saudaraku sekalian dalam keadaan sehat dan dalam senantiasa berada dalam ridho Allah.



Kali ini saya akan membahas tentang hal yang cukup penting untuk kita yang saya kutip dari buku Mutiara Tausyiah oleh ayahanda H. R. Bambang JR, MM. 
Mengingat Mati, iya, setiap kita hendaknya jangan sepelekan perkara yang satu ini karena tak ada lain yang peling dekat dengan kita adalah MATI.

Dimulakan dengan firman Allah :

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan[1313]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. 
[QS.Az Zumar 39 : 42]

[1313] Maksudnya: orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi. 

Rasulullah SAW bersabda, 

''Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis.'' 

Ada seorang teman yang sangat rajin beribadah. Shalatnya tak lepas dari linang air mata, tahajud tak pernah putus, bahkan anak dan istrinya pun diajak pula berjamaah di masjid. Selidik punya selidik, ternyata saat itu dia sedang menanggung utang. Di antara ibadah-ibadahnya itu dia selipkan doa-doa agar utangnya segera terlunasi. Selang beberapa lama, Allah Azza wa Jalla, Zat yang Mahakaya pun berkenan melunasi utang teman tersebut. Sayangnya, begitu utang terlunasi doanya mulai jarang, hilang pula motivasinya untuk beribadah.  
Biasanya kalau kehilangan shalat tahajud ia sedih bukan main. Tapi, lama-kelamaan tahajud tertinggal justru menjadi senang karena jadwal tidur menjadi cukup. Bahkan sebelum azan biasanya sudah menuju mesjid, tapi akhir-akhir ini datang ke mesjid justru ketika azan. Hari berikutnya ketika azan tuntas baru selesai wudhu. Lain lagi pada besok harinya, ketika azan selesai justru masih di rumah, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk shalat di rumah.  


Begitu pun untuk shalat sunah, biasanya ketika masuk masjid shalat sunah tahiyatul masjid terlebih dulu dan salat fardhu pun selalu dibarengi shalat rawatib. Tapi sekarang saat datang lebih awal pun malah pura-pura berdiri menunggu iqamat, selalu ada saja alasannya. Sesudah iqamat biasanya memburu shaf paling awal, kini yang diburu justru shaf paling tengah, hari berikutnya ia memilih shaf sebelah pojok, bahkan lama-lama mencari shaf di dekat pintu. Saat akan shalat sunah rawatib, ia malah menundanya dengan alasan nanti akan di rumah saja, padahal ketika sampai di rumah pun tidak dikerjakan. Entah disadari atau tidak oleh dirinya, ternyata pelan-pelan banyak ibadah yang ditinggalkan. Bahkan pergi ke majelis taklim yang biasanya rutin dilakukan, majelis ilmu di mana saja dikejar, sayangnya akhir-akhir ini kebiasaan itu malah hilang.  

Ketika zikir pun biasanya selalu dihayati, sekarang justru antara apa yang diucapkan di mulut dengan suasana hati, sama sekali bak gayung tak bersambut. Mulut mengucap, tapi hati keliling dunia, masyaallah. Sudah dilakukan tanpa kesadaran, seringkali pula selalu ada alasan untuk tidak melakukannya. Saat-saat berdoa pun menjadi kering, tidak lagi memancarkan kekuatan ruhiah, tidak ada sentuhan, inilah tanda-tanda hati mulai mengeras.  

Saudaraku, sahalus-halus kehinaan di sisi Allah adalah tercerabutnya kedekatan kita dari sisi-Nya. Hal ini biasanya ditandai dengan kualitas ibadah yang jauh dari meningkat, atau bahkan malah menurun. Tidak bertambah bagus ibadahnya, tidak bertambah pula ilmu yang dapat membuatnya takut kepada Allah, bahkan justru maksiat pun sudah mulai dilakukan, bahkan yang bersangkutan tidak merasa rugi. Inilah tanda-tanda akan tercerabutnya nikmat berdekatan bersama Allah Azza wa Jalla. Pantaslah bila Imam Ibnu Athaillah pernah berujar, ''Rontoknya iman ini akan terjadi pelan-pelan, terkikis-kikis sedikit demi sedikit sampai akhirnya tanpa terasa habis tanpa tersisa.'' Demikianlah yang terjadi bagi orang yang tidak berusaha memelihara iman di dalam kalbunya. Karenanya jangan pernah permainkan nikmat iman di hati ini.  

Kalau ibadah sudah tercerabut satu persatu, maka inilah tanda mulai tercerabutnya hidayah dari-Nya. Akibat selanjutnya mudah ditebak, ketahanan penjagaan diri menjadi blong, kata-katanya menjadi kasar, mata jelalatan tidak terkendali, dan emosinya pun mudah membara. Apalagi ketika ibadah shalat yang merupakan benteng dari perbuatan keji dan munkar mulai lambat dilakukan, kadang-kadang pula mulai ditinggalkan. Ibadah yang lain nasibnya tak jauh beda, hingga akhirnya meningallah ia dalam keadaan hilang keyakinannya kepada Allah. Inilah yang disebut su'ul khatimah (jelek di akhir), naudzhubillah. Apalah artinya hidup kalau berakhir tragis seperti ini.  

Bila kita merenungi kisah di atas, nampaklah bahwa salah satu hikmah yang dapat diambil darinya adalah jika kita sedang berbuat kurang bermanfaat bahkan zalim, maka salah satu teknik mengeremnya adalah mengingat mati. Bagaimana kalau tiba-tiba kita mati, padahal kita sedang maksiat? Tidak takutkah kita mati suul khatimah?. Ternyata ingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar dalam memelihara iman di hati.  

Rasulullah SAW telah mengingatkan para sahabatnya untuk selalu mengingat kematian. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah SAW ke luar menuju masjid. Tiba-tiba beliau mendapati suatu kaum yang sedang tertawa-tawa. Maka Rasulullah Saw bersabda, ''Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis.'' 

Mengingat mati akan membuat kita seakan punya rem dari berbuat dosa. Akibatnya di mana saja dan kapan saja kita akan senantiasa terarahkan untuk melakukan segala sesuatu hanya yang bermanfaat. Kalau kita melihat para arifin dan salafus shalih, mengingat mati bagi mereka, seumpama seorang pemuda yang menunggu kekasihnya. Di mana seorang kekasih tidak pernah melupakan janji kekasihnya.  

Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah ra bahwa ketika kematian menjemputnya ia berkata, ''Kekasih datang dalam keadaan miskin. Tiadalah beruntung siapa yang menyesali kedatangannya. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa kefakiran lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan kematian lebih aku sukai daripada kehidupan, maka mudahkanlah bagiku kematian sehingga aku menemui-Mu.'' 

Semoga kita digolongkan Allah SWT menjadi orang yang beroleh karunia khusnul khatimah. Amin. Wallahu a'lam bish- shawab. 
Wassalam.
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 7:11:00 PM

Gema Ramadhan ( Marhaban ya Ramadhan )


Assalaamu'alaikum
Alhamdulillah seiring berjalannya waktu gema ramadhan kian terasa..
Ramadhan syahrush-shiyammm yang sangat dinanti oleh seluruh ummat muslim di dunia....,
Dengan hati gembira mereka berucap "marhaban ya Ramadhan, ya syahrush-shiyam" menyambut panggilan Ilahi dalam Al-quran :

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"
Q.S Al-Baqoroh 2 : 183

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: 
“Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-pintu neraka ditutup dan tak satupun yang dibuka dan pintu-pintu surga dibuka dan tak satupun yang ditutup. Lalu ada penyeru yang menyerukan: ”Wahai para pencari kebaikan, sambutlah (songsonglah) dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah (hindarilah).” Dan Allah ta’aala memiliki perisai dari api neraka. Dan yang demikian terjadi setiap malam.” (HR Tirmidzi 618).

Rasulullah saw biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, 
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.”
(HR Ahmad dan al-Nasâ’i)


Dari Salman ra. Beliau berkata, Rasulullah berkhutbah ditengah-tengah kami pada akhir Sya’ban, Rasulullah bersabda, 
“Hai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang sangat agung, penuh dengan barakah, di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan dimana Allah SWT telah menjadikan puasa di dalamnya sebagai puasa wajib, qiyam al-lailnya sunnah. Barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan amalan wajib tujuh puluh kali pada bulan lainnya.” 
(HR. Ibnu Huzaimah, beliau berkata, hadits ini adalah hadits shahih)

Saudaraku, begitu lama kita menunggu perjalanan waktu, bukanlah hal yang layak jika kita tidak memahami dan menyempurnakan amalan di sana. Secara logis, jika sesuatu yang dirindu telah tiba, pasti hantinya akan bergembira.Bagaimanakah cara kita menyambutnya? 

Dalam beberapa hadist Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa yang bergembira datangnya bulan Ramadhan, diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka”. 
(An-Nasa’i).

Dan pada hadits lain juga disebutkan:
“Seandainya umatku tahu keutamaan bulan puasa, tentu mereka akan meminta supaya bulan yang ada dijadikan puasa selamanya…
(Ibnu Majah).

Menyambut dengan gembira dapat kita lakukan secara zahiriah dan batiniah. Perkara batiniah bisa kita lakukan dengan muhasabah diri, memperbanyak dzikir dan syukur, sholawat serta doa akan sampainya umur kita kesana, berdoa untuk mampu secara lahir dan batin melaksanakannya, mampu melapangkan waktu untuk memaksimalkan amalan disana, dan sangat banyak lagi. Adapun secara fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mulai sambungkan lagi silaturrahmi yang mungkin pernah terputus, kerna Ramadhan adalah bulan persaudaraan, bulannya ummat Rasulullah. Bersihkan diri, pekarangan supaya terlihat rapi, klu bisa sisihkan waktu dan rizki, beli pakaian shalat yang baru, wewangian dan sebagaimana, sebagai bukti refleks hati kita yang bergembira. Tidak pantas jika kita mahu pergi menjumpai seseorang yang kita rindukan  dengan penampilan yang pas-pas-an apa adanya. Jika ada rizki kenapa tidak?
Allah sangat cinta kepada kebersihan..., sungguh sangat indah jika masjid nantinya dipenuhi dengan muslimin dan muslimat yang wajahnya cerah, pakaiannya indah-indah. Subhanallaohhh...

Saudaraku, sasaran dari ibadah puasa adalah untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Untuk itu, ibadah puasa harus dilakukan dengan tata cara yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, 
“Banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam, tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali begadang.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta (dalam berpuasa) dan tetap melakukannya, maka Allah SWT tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” 
(HR. Bukhari)

Saudaraku, sebegitu mulianya bulan ini, dalam beberapa sumber Ramadhan memiliki banyak sebutan, di antaranya :
Pertama, Ramadhan adalah bulan pendidikan (Syahru al-Tarbiyah), karena pada bulan ini orang-orang beriman dididik untuk berlaku disiplin dengan aturan-aturan Allah SWT dan Rasul-Nya. Secara fisik, Allah mendidik untuk disiplin dalam mengatur pola makan. Secara psikis, Allah mendidik untuk berlaku sabar, jujur, menahan amarah, empati dan berbagi kepada orang lain, dan sifat-sifat luhur lainnya. Dan secara fikri, Allah mendidik agar orang-orang beriman senantiasa bertafakkur dan mengambil pelajaran-pelajaran yang bermakna bagi kehidupannya.

Kedua, Ramadhan adalah bulan perjuangan (Syahru al-Jihad), karena untuk sukses menjalani Ramadhan dibutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Allah hendak mengajarkan bahwa untuk sukses dalam kehidupan pun dibutuhkan perjuangan, yaitu mengendalikan hawa nafsu agar tunduk dan patuh dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Ketiga, Ramadhan adalah bulan al-Qur’an (Syahru al-Qur’an) atau yang disebut juga Laylat al-Qadar (malam yang lebih baik dari seribu bulan), karena al-Qur’an pertama kali diturunkan pada Ramadhan. Sepatutnyalah pada bulan ini, interaksi kaum muslim dengan al-Qur’an menjadi sangat intens sebagaimana dicontohkan oleh generasi salaf yang mencurahkan waktu demikian banyak pada bulan Ramadhan untuk berinteraksi dengan al-Qur’an, baik dengan membaca, mentadabburi, dan mengamalkan kandungan-kandungan isinya.

Keempat, Ramadhan adalah bulan persaudaraan (Syahru al-Ukhuwwah). Pada bulan ini Allah mendidik kaum muslimin untuk lebih mencintai dan peduli terhadap saudara-saudaranya. Rasulullah saw mengajarkan dengan ringan bersedekah di bulan ini, memberi makanan bagi orang yang berpuasa, menunaikan zakat, dan membuang dengki dan sifat-sifat buruk terhadap saudaranya.

Kelima, Ramadhan adalah bulan ibadah (Syahru al-‘Ibâdah). Dalam bulan ini Allah membuka peluang bagi hamba-hamba-Nya untuk beribadah (mahdhah) sebanyak-banyaknya, karena pada bulan ini pahala ibadah dibalas dengan berlipat ganda. Allah SWT mendidik kaum muslimin untuk merealisasikan misi hidup dengan senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Target keimanan yang diharapkan adalah hamba-hamba yang selalu mengorientasikan hidup untuk beribadah, sebagaimana firman Allah SWT, “Katakanlah “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. 
(QS al-An’âm [6] :162-163).

Keenam, Ramadhan adalah bulan penuh ampunan (Syahru al-Maghfirah). Rasulullah saw bersabda, 
“Antara shalat lima waktu, dari hari jum’at sampai jum’at lagi, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa kecil apabila dosa-dosa besar dihindarkan.”
(HR Muslim) 
Dalam hadits lain disebutkan,
“Barang siapa puasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT ia akan diampuni semua dosanya yang telah lalu.” 
(HR. Bukhari-Muslim)

Dan akhirnya..., tulisan ini mungkin sampai disini saja. Intinya...., mari maknai Ramadhan ini dengan kesempurnaan. Jangan biarkan berlalu, bulan ini adalah bulannya ummat Rasulullah SAW..., berbahagialah kerna kita adalah ummat Rasulullah. Gema Ramadhan akan kita rasakan jika kita betul-betul merindukannya.

Semoga bermanfaat
Wassalam.




Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 3:42:00 PM

Menghadapi Kenaikan BBM Dengan Lapang Dada

Assalamu'alaikum Sahabat-sahabatku.
Sebelum memulai tulisan ini ada baiknya kita baca ayat Allah berikut :
Bismillahhirrohmaanirrohiim,

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya"
[Q.S Al-Ma'ariij 70 : 19-27]

Baru-baru ini pemerintah kita telah menetapkan sebuah aturan Undang-Undang tentang kenaikan BBM dengan segala pertimbangan dan dasar yang telah dikaji. Berbagai macam penolakan telah dilakukan oleh masyarakat maupun mahasiswa yang berdemo untuk menolak rencana Undang-Undang tersebut. Apa daya, kita hanya bisa menerima keputusan dari pemerintah dan DPR yang seyogianya kita sendiri yang memilih mereka sebagai wakil kita. Apakah pemerintah tidak pro rakyat kecil? Apakah para anggota DPR yang pada hakekatnya adalah pesuruh kita tiada memikirkan tentang nasip kita-kita yang masih tergolong pada ekonomi lemah sampai menengah? Jangankan rupiah sebesar 2.500,- , bahkan rupiah 500,- atau istilah kerennya gopek pun kadang sangat bermanfaat untuk kita-kita, ( terutama masa-masa tanggal tua mahasiswa, wkwkwk ).

Saudaraku, bukan pertanyaan-pertanyaan di atas yang harus kita bahas sampai kita pusing seribu keliling, toh kenaikan BBM telah ditetapkan dan mungkin kita semua rata-rata dah merasakannya bersama-sama. Tapi saudaraku, mari kita berperasangka baik, mari memcoba mengambil hikmah dari kenaikan BBM ini. Toh tanpa kita sengaja kadang kita sering menghamburkan uang kita ( maaf buuat sebagian orang, termasuk saya, hihihi ), kita sering jajan yang gak penting, beli rokok yang jauh harganya dari selisih pertambahan harga BBM yang baru ini, atau kepada hal-hal lain.

Tidak semua masyarakat merespon rencana kenaikan harga bahan bakar minyak dengan melakukan unjuk rasa. Akan tetapi, sebagian masyarakat yang ingin harga bahan bakar minyak tidak naik berusaha dengan berdoa kepada Allah agar memberikan pertolongan kepada rakyat Indonesia dengan tidak naiknya harga bahan bakar minyak dan sekaligus menyadarkan pemerintah untuk memikirkan secara jernih nasib rakyat dengan kebijakan naiknya harga bahan bakar minyak yang akan berakibat dengan naiknya seluruh kebutuhan masyarakat.

Doa yang dilafazkan oleh masyarakat yang tidak berunjuk rasa didasarkan pada keyakinan penuh akan hadis qudsi, dimana Allah berfirman: “Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya”. Seorang hamba yang yakin akan pertolongan Allah, maka dengan sangat meyakinkan Allah pasti akan menolongnya. Seorang hamba yang yakin doanya akan dikabulkan, maka Allah akan mengabulkan doa-doa tersebut lebih dari yang kita minta.

Jika kenaikan bahan bakar minyak merupakan masalah yang harus dihadapi dengan serius, maka yakinlah hanya Allah yang bisa menolongnya. Jangan sampai kita terjebak pada keyakinan yang keliru. Akibatnya kita meminta pertolongan pada mahkluk Allah untuk mengatasi kesulitan atau tujuan kita, bukan pada Allah. Sering kita melihat seorang pengusaha muslim yang meminta bantuan pada dukun atau orang pintar untuk memperlancar usahanya. Apakah mereka tidak sadar, siapa pemilik semua yang ada di alam raya ini? Semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Jangan sampai kita menjadi orang yang dilaknat Allah karena telah menyekutukanNya.

Kapankah pertolongan Allah akan tiba? Begitu banyak yang selalu menanti dan mengharap pertolongan Allah. Ada yang sabar, ada yang tidak sabar. Ada yang yakin bahwa Allah akan menolong, ada juga yang ragu-ragu. Ada yang menikmati saat-saat menanti pertolongan Allah, namun tak sedikit yang sengsara.

Akan tetapi, bagi orang-orang yang telah mengetahui ilmunya, yakin benar bahwa Allah adalah dzat yang sama sekali tidak pernah bohong terhadap apa yang Dia janjikan. Allah adalah dzat yang sekali-kali tidak pernah salah perhitungn sedikitpun juga atas segala takdir dan ketentuan-Nya. Pasti tidak akan meleset, pasti tidak akan mengecewakan! Hanya, perkara bentuk ataupun waktunya, masya Allah, itu sama sekali bukan urusan kita. 

Bukankah untuk itu Allah swt., telah menebar janji dan jaminan-Nya lewat Alquran? Simaklah firman-Nya yang sungguh Maha Benar ini, 

‘Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” 
[Q.S. Al Mukmim :51].

 “…Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.”
[Q.S. Ar Ruum :47].

Ada sebuah keluarga yang selalu di rundung ujian oleh Allah. Kedua suami istri ini ditakdirkan menderita suatu penyakit. Sang suami diuji dengan sakit yang berkepanjangan; sekali jatuh sakit dia harus berbaring selama dua hingga tiga tahun. Isterinya pun ternyata harus mendapat ujian sakit pula. Hal ini kerapkali menimpa keduanya semenjak awal berumah tangga. Akan tetapi, alhamdulillah keluarga ini benar-benar beriman.

Sampai suatu saat sang isteri ditakdirkan oleh Allah mengandung, namun sayang kehamilannya ini pun merupakan satu batu ujian tersendiri. Dokter menyarankan agar kandungannya harus segera dibersihkan. Kalau tidak akan menambah masalah baru bagi kesehatannya. Berapa biayanya? Subhanallah, untuk membersihkannya saja dibutuhkan biaya tak kurang dari empat ratus ribu rupiah. Jelas, keluarga yang memang hidup pas-pasan ini tidak mampu menanggung biaya sebesar itu. 

Keduanya pun hanya bisa menjerit kepada Allah mengadukan semua ini. “Ya Allah, sungguh Engkau Mahatahu keadaan kami. Engkau Mahatahu kami miskin harta. Kini Engkau uji kami dengan kejadian seperti ini. Hanya Engkaulah yang mampu menolong dan melapangkan kesempitan hamba-hamba-Mu,” rintihnya. Begitulah karena ketidakmampuannya menyediakan biaya pengobatan, sang istri hanya bisa berbaring lesu ditempat tidur. 

Hingga akhirnya turunlah pertolongan dari Allah yang Maharahman, yang syariatnya ternyata berupa sakit thypus! Panas! Panas sekujur tubuhnya, panas kepalanya, panas perutnya! Akibatnya, terjadilah keguguran. Dan dokter yang memeriksanya kemudian, menyatakan bahwa kandungannya kini telah bersih, sehingga tidak perlu lagi diadakan pembersihan kandungan sebagaimana yang telah disarankannya tempo hari. Allahu Akbar!

Pertolongan Allah memang tidak mesti sebentuk dengan apa yang kita duga dan harapkan. Kita jangan terperdaya oleh syetan yang menganggap Allah tidak menolong kita, padahal pertolongan Allah ternyata sudah datang. Hanya karena beda bentuk saja.

Allah pasti sangat memperhatikan keadaan kita jauh lebih besar daripada perhatian kita terhadap diri sendiri. Betapa tidak! Karena, Dia-lah yang merancang tubuh kitadengan detail, sedangkankita tidak tahu apa-apa tentang diri ini. Lantas apalagi yang perlu kita kita ragukan dalam hidup ini tentang jaminan dan jamuan dari Allah swt.

Hanya orang-orang malang yang ragu-ragu terhadap janji Allah. Padahal keraguan tidak mendatangkan apapun, selain mendatangkan kesengsaraan! Yakin ataupun tidak yakin tetap saja ketentuan Allah akan menimpa kita. Hanya dengan keyakinan yang mantapah ketentuan Allah akan berubah menjadi ladang nikmat apapun yang terjadi. Akan tetapi, kalau kita hadapi kejadian dalam hidup ini dengan buruk sangka terhadap pertolongan Allah, maka kita sudah sengsara duluan menghadapinya, bahkan terhalang juga pertolongan Allah itu karena keburuksangkaan kita terhadapnya.

Oleh sebab itu, mari kita sikapi rencana kenaikan bahan bakar minyak dengan arif dan bijaksana, jangan sekali-kali mimpi hidup enak tanpa ujian dari Allah karena bagaimanapun ujian itu sendiri merupakan konsekuensi logis dari keberimanan kita. Sejauh kita yakin bahwa ujian merupakan suatu jalan bagi diangkatnya derajat keimanan kita, insya Allah semua ini akan menjadi ladang nikmat. Karena, toh tidak bisa diragukan lagi bahwa diujung segala ujian, karunia pertolongan-Nya siap menyongsong.

Ketahui Saudaraku, Allah tiada memberi beban yang melampaui kesanggupan hambanya. Mari mencoba melapangkan dada, berusaha dan berserah diri kepada Allah. Dari pada kita terus mengeluh, atau bahkan sampai ada upat dan caci maki, Na'udzubillah, toh itu gak akan mengubah keputusan itu kan? Kerna tiap-tiap kita telah memiliki rizkinya masing-masing. Dan jangan pernah lupa tentang ayat Allah dalam ayat seribu dinar :

Sesiapa yang bertaqwa kepada Allah(dengan mengerjakan suruhan-Nya dan meninggalkan larangan-Nya), nescaya akan diberikannya kelapangan (jalan keluar dari segala perkara yang menyusahkannya). Dan diberikanya rezeki yang tidak disangka-sangka. Dan (ingatlah), sesiapa yang bertawakal (berserah diri bulat-bulat) kepada Allah, maka dicukupkan baginya (keperluan untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala yang di kehendaki-Nya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu. 
[Q.S At-Talaq Ayat 2 & 3 ]

Think-smart saudaraku, usaha telah kita lakukan, inilah memang usaha kita untuk menolaknya tiada terwujud, mungkin Allah punya rencana di balik semua itu. Jadi tugas kita sekarang adalah tawakkal dan tetap berusaha. Semoga kita selalu dapat petunjuk dan ridhoNya. Amin...

Semoga bermanfaat,
Wassalam :)
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 3:35:00 PM

Hal Tentang Berlomba-Lomba Dalam Kebaikan

Assalamu'alaikum ya akhi dan ukhi saya seiman,
Berlomba-lomba dalam kebaikan adalah suatu perintah Allah dalam Al-Quran :

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

“Dan bagi setiap orang ada memiliki arah yang dituju ke arah mana dia menghadapkan wajahnya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” 
[QS. Al-Baqarah: 148]

Di dalam ayat ini Allah telah menyatakan bahwa merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim supaya tegak dan teguh dalam melakukan kebaikan dan tidak hanya sekedar maju dalam kebaikan,tetapi terus berupaya juga untuk saling mendahului satu dengan yang lain di dalam hal kebaikan. Sebab kebaikan itulah yang di antaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.

Apa yang dinamakan dengan kebaikan-kebaikan itu? Kebaikan itu adalah penunaian haqqullah dan haqqul ibaad. Apa penunaian haqqullah itu? Penunaian-penunaian haqqullah adalah bahwa sambil menanamkan rasa takut dan rasa khusyu’ pada Allah seorang melaksanakan ibadah kepada-Nya dan tidak ada peluang yang dia tinggalkan untuk beribadah padanya, untuk meraih kedekatan dengan-Nya dan untuk berzikir pada-Nya.

Dalam hal antusiasme dalam kebaikan kita bisa melihat bagaimana para sahabat Rasulullah saw. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa pada suatu saat para sahabah yang kurang dari segi harta hadir di hadapan Rasulullah saw dalam corak mengadu dan mengeluh, “Ya Rasulullah! sebagaimana kami melakukan salat seperti itulah orang-orang kaya melakukan salat. Sebagaimana kami melakukan puasa seperti itu pulalah orang-orang yang kaya melakukan puasa juga. Sebagaimana kami berjihad, seperti itu pulalah orang-orang kaya melakukan jihad. Tetapi ya Rasulullah ada pekerjaan lebih yang mereka kerjakan. Mereka memberikan sedekah dimana kami yang karena ketidakmampuan kami tidak dapat melakukan itu. Beritahukanlah kepada kami suatu metode yang dengan melakukan itu kami dapat menutupi kekurangan itu.” Beliau saw bersabda, “Setiap selesai salat bacalah subhanallah 33 kali dan 33 kali alhamdulillah dan 34 kali allahu akbar.

Sahabat ini sangat gembira bahwa kini ia dapat setaraf dalam kebaikan-kebaikan dengan para hartawan. Mereka mulai mengamalkan sesuai dengan cara ini, tetapi sesudah beberapa hari orang-orang kaya juga mengetahui akan cara ibadat seperti itu dan mereka juga mulai membaca tasbih dan pujian seperti itu. Sahabah ini kembali hadir di hadapan Rasulullah saw lalu mereka mengeluh dan mengadu bahwa para orang kayapun kini mulai melakukan amal seperti ini juga dan mereka menyusul kami. Jadi Rasulullah saw bersabda bahwa apabila Allah memberikan taufik pada seseorang untuk melakukan kebaikan maka bagaimana saya bisa mencegahnya.

Dalam suatu riwayat di bawah ini juga akan memperlihatkan kepada kita bagaimana sebenarnya esensi dan semangat para sahabat dan muhajidin Muslim dalam melakukan segala kebaikan yang bisa ia lakukan, walaupun harus berkonban jiwa sebagai mujtahid.

Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pada waktu perang uhud " Ya Rasullullah, apakah engkau tahudimanakah tempatku seandainya aku terbunuh?" Beliau menjawab. "di dalam surga, maka tanpa membuang waktu ia melempar biji kurma yang ada ditangannya, kemudian maju berperang sampai akhirnya terbunuh.

Begitu pula apa yang dilakukan oleh Anas bin Nadhir ketika pasukan muslim diserang pasukan kuda orang-orang musrik di perang uhud dan pasukan muslim terdesak....dia berkata kepada Sa'ad," Wahai Sa'ad bin Mu'adz, demi Tuhannya ka'bah, sesungguhnya saya mencium bau surga di dekat uhud ". dan dengan gagah beraninya dia maju kemedan perang hingga akhirnya terbunuh.

Oleh karena itulah Rosulullah bersabda dalam hadistnya :

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, " Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda, 'Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datang tujuh perkara. Apakah kamu menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya Dajjal, padahal ia adalah sejelek-jelek sesuatu yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat, padahal hari kiamat adalah sesuatu yang amat berat dan amat menakutkan," 
[HR. At-Tirmidzi dan dia berkata "hadits hadsan"]

Jadi perhatikanlah bagaimana semangatnya mereka untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Diantara mereka banyak terdapat para pebisnis, para hartawan, tetapi dengan adanya perintah Allah ‘berlombalah dalam kebaikan-kebaikan’ maka sedemikian rupa mereka berlomba melakukan amal baik itu sehingga sama sekali tidak ada batasnya. Kemudian perhatikanlah, bagaimana Allah menghargai kebaikan-kebaikan mereka  baik secara personal sebagai individu, muapun berjemaah atau kedua-duanya. Allah memberikan pada mereka sedemikian banyak berkah dan rahmat.

Kemudian apa yang dimaksud dengan haququl’ibaad? yaitu Berbuat baik pada keluarga dan kerabat dekat. Kemudian dari itu yang paling utama adalah menunaikan hak-hak istri dan demikian pula istri-istri menunaikan hak suami-suami, suami istri menunaikan hak-hak keluarga dari kedua belah pihak, memperhatikan orang-orang miskin.

Fastabiqul khoiroot adalah keistimewaan Islam
Fastabiqul khairat mengindikasikan bahwa di antara setiap agama mempunyai keistimewaan-keistimewaan menonjol tetapi di sana juga terdapat perbedaan bahwa agama-agama lain hanya menyeru orang kepada kebaikan, tetapi Islam menyeru kepada perlombaan. Pertama, adalah lakukanlah kebaikan dan kemudian berlombalah dalam kebaikan-kebaikan dan berupayalah satu dengan yang lain untuk saling menyusul dalam kebaikan. Disini Allah menggunakan kata perlombaan yang di dalamnya kendati tidak didapatkan arti kata cepat dan segera. Sebab, dari segi lughat andaikata dua orang berjalan lambat sekalipun tetapi satu dengan yang lain, saling mendahului maka mereka telah melakukan perlombaan. oleh sebab disini terdapat perintah bagi setiap orang untuk berlomba. 

Kini jika seorang dengan upayanya dia menyusul maka untuk yang lainpun terdapat juga perintah bahwa diapun juga harus menyusul ke depan. Maka apabila dia akan menyusul duluan dari itu maka akan timbul upaya orang yang duluan untuk menyusul lebih depan. Jadi oleh karena kepada setiap orang terdapat perintah untuk terdepan dalam kebaikaan-kebaikan, maka dengan demikian akan timbul sebuah perlombaan dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Sebagaimana riwayat yang telah diterangkan diawal tadi bahwa para sahabah sangat risau bahwa kenapa si fulan mendahului kami.

Berkenaan dengan Rasulullah saw., tertera dalam sebuah hadis bahwa beliau bersabda, kebaikan yang terbaik adalah kebaikan yang manusia lakukan dengan tekun berada di dalamnya. Kondisi yang bercorak “pulang pergi” bukanlah yang hakiki bahkan itu merupakan pertanda orang sakit. Sebagaimana seorang yang berpenyakit gila tidak waras manakala dia tertawa maka dia akan terus tertawa dan apabila mulai menangis maka akan terus menangis,dan apabila mulai makan maka akan terus makan, jika dia tidur maka akan terus tidur dan jika mulai sadar atau jaga maka sampai berminggu-minggu ia tidak akan mengantuk. Di dalam semua perkara itu keinginannya tidak ikut campur dan dia tidak dapat dihukum karena suatu tindakannya. Tidak akan ada yang menanyakan padanya bahwa kenapa dia tertawa dan menangis.

Demikian pula dalam kondisi keruhanian pada manusia datang waktu-waktu yang sedemikian rupa yang apabila karena pengaruh sesuatu dari luar atau akibat terjadi kekurangan pada sel saraf atau otak maka akan menyampaikan suatu kondisi khusus pada puncaknya. Jika dia mulai melakukan salat maka dia akan shalat terus menerus, tetapi beberapa hari kemudian dia tinggalkan shalat sama sekali. Dari itu jelas bahwa dia melakukan salatnya bukanlah merupakan indikator meningkatnya kondisi keruhanianya. Sebab jika demi untuk Tuhan dia melakukan salat maka dia tidak akan meninggalkannya. Itu merupakan sebuah penyakit sebagaimana adanya penyakit banyak makan dan penyakit banyak tidur. Demikian pula bisa ada penyakit banyak melakukan salat- salat.

Jadi kebaikan itu bukanlah kebaikan yang dilakukan untuk beberapa waktu sampai kelewat batas lalu dia tinggalkan. Tetapi kebaikan itu hendaknya dilakukan dengan tekad yang teguh, yang didalamnya terdapat keistiqomahan. Jadi lakukanlah kebaikan sesuai dengan kemampuan dan teruslah melangkah maju di dalamnya. Lakukanlah dengan dawam dan istiqamah.

Dengan riwayat-riwayat di atas kiranya dapat menggugah hati dan semangat kita dalam kebaikan. Saudaraku, begitu banyak kebaikan-kebaikan yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Mari kira renungkan saudaraku, Allah Ta'ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan cara menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma'ruf nahi munkar dan sebagainya.
Kalaulah kita belum mampu secara maksimal melakukan ketaatan kepada Allah dengan harta maka bukan berarti pintu ketaatan tertutup bagi kita, bahkan masih banyak pintu ketaatan lainnya yang Allah syari'atkan untuk kita, seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut ini:

Dari Abu Dzarr radhiyallahu 'anhu: bahwa segolongan shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala-pahala, mereka shalat sebagaimana kami pun shalat, mereka puasa sebagaimana kami pun puasa, tetapi mereka bisa bershadaqah dengan kelebihan harta mereka." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang bisa kalian shadaqahkan? Sesungguhnya setiap tasbih adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah dan setiap tahlil adalah shadaqah; amar ma'ruf (menyuruh kepada kebaikan) adalah shadaqah, nahi munkar (mencegah dari kemunkaran) adalah shadaqah dan (bahkan) pada kemaluan salah seorang dari kalian terdapat shadaqah." Mereka bertanya: "Ya Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami yang menumpahkan syahwatnya itu memperoleh pahala?" Beliau bersabda: "Apa pendapat kalian, seandainya dia meletakkannya pada yang haram, bukankah dia memperoleh dosa? Maka demikian juga, seandainya dia meletakkannya pada yang halal maka dia memperoleh pahala." 
[HR. Muslim no.1006]

Semoga Allah menganugerahkan taufiq pada kita supaya kita jangan hanya menjadi orang yang mengupayakan kebaikan bahkan dengan berupaya berlomba dalam kebaikan itu kita juga meraih tingkatan ketakwaan yang tinggi. Setiap ucapan kita, setiap pekerjaan kita, duduk dan bangun kita sesuai dengan keridhoan Allah.

Syukron katsir untuk abanganda Ustadz Dr. Fuji Rahmadi P, MA yang telah mengamanahkan kepda saya untuk mengembangkan sebuah catatan yang diberikan beliau kepada saya. Kiranya tulisan ini dapat menjadi risalah dalam berdakwah dan terus berdakwah. Dan memoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semuanya.
Wassalam :)
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 3:56:00 PM

Mencari Dunia dan Akhirat Adalah Seimbang

Bismillahhirrohmaanirrohiim,
Assalamu'alaikum wahai saudara2ku seiman,

Dimulakan dengan firman Allah :

Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
[Q.S Al-Ashr 103 : 1-3]

Perjalanan hidup adalah masa-masa yang kita lewati sebagai makhluk yang tiada kekal, berjalan dari suatu masa ke masa, menempuh beberapa alam, seperti pada potongan lirik lagu yang sungguh menggugah hati dari Far East "Menanti di Barzakh"

Perjalanan Rohku, 
Melengkapi Sebuah Kembara,
Singgah Di Rahim Bonda, 
Sebelum Menjejak Ke Dunia,
Menanti Di Barzakh, 
Sebelum Berangkat Ke Mahsyar,
Diperhitung Amalan, 
Penentu Syurga Atau Sebaliknya,

Tiap-tiap kita tentu akan menjalaninya. Bagaikan hewan metamorfoosis yang berubah sejalan dengan perjalanan waktu, manusia juga akan beranjak menjalani alam-alam yang telah diqodratkan untuk dijalaninya dan berakhir pada hari perhitungan atau pembalasan dari tiap amal yang dikerjakan manusia selama hidupnya.

Yang dimaksud dengan selama hidupnya ialah menyangkut pada suatu alam yang memang dijadikan Allah sebagai kampung amal, tempat untuk mencari bekal perjalanan yang masih panjang. Ialah Dunia yang sekarang ini kita berada di jalannya. Dunia yang penuh kesenangan dan kesusahan, nikmat dan ujian, suka duka dan sebagainya yang merupakan suatu dimensi yang habis terhadap waktu, sehingga disebut sebagai alam Fana ( musnah ).

Tapi banyak di antara kita yang menganggap dunia adalah puncak dari kenikmatan hidup, jauh lari dari kenyataaan dan hakekat bahwa dunia adalah hanya sekadar kampung beramal. Jika dihubungkan dengan istilah sekarang banyak sekali di antara kita yang mengagungkan cinta dunia dibandingkan cinta dengan alam yang kekal ( kampung akhirat ). Sehingga kita berlomba-lomba dengan segala upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidupnya di dunia, walaupun mungkin tak mampu menimbang lagi tentang baik buruknya. Na'udzubillah.

Saudaraku...., sebagai renungan, mari kita perhatikan, mengapa burung bisa melayang di udara? itu karena adanya keseimbangan. Saat kita berdiri, mengapa kita dapat berdiri tegak dan sempurna? Pasti karena keseimbangan, Tapi coba banyangkan jika tidak ada lagi keseimbangan? Coba lihat di lingkungan kita sering terjadi kebanjiran, tiada lain pasti karena ketidak seimbagan debit air yang diterima dan yang diteruskan, dan lain sebagainya. Bukankah ketidakseimbangan itu selalu mendatangkan bencana? Perlu kita perhatikan..

Sekarang mari kita perhatikan keadaan hidup manusia Zaman sekarang. Masalah ekonomi umat Islam rata-rata pada saat sekarang belum menggembirakan, meskipun terdapat banyak negara Islam yang dianugerahkan sumber daya alam yaitu minyak dan gas bumi yang berlimpah-ruah, terutama di Timur Tengah, belum ada satu negara Islam pun yang layak digolongkan dalam kategori negara maju. Hanya ada lima negara Islam, dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 6 juta jiwa yang saat ini dikategorikan sebagai negara yang berpendapatan tinggi akan tetapi masih jauh dari kategori negara maju. Sedangkan lebih dari 20 negara Islam dengan jumlah penduduk melebihi 600 juta jiwa, tergolong dalam kategori negara berpendapatan rendah dan terbelenggu dalam kemiskinan. Ini mengindikasikan bahwa cuma setengah persen dari total 1200 juta umat Islam saja yang bisa dikatakan kaya sementara lebih dari 50 persen umat Islam berada dalam garis kemiskinan. Kemudian pertanyaan, adakah fenomena ini sejalan dengan ajaran Islam? atau apakah Islam itu sendiri menginginkan umatnya hidup dalam keadaan zuhud?

Kalau kita kembali membuka lembaran sejarah Islam masa lalu, sungguh kita akan tercengang betapa Islam telah mampu merubah nasib umatnya yang dahulunya mundur, naik pada peringkat teratas hingga menjadi sebuah masyarakat yang sangat tinggi tamaddunnya. Masyarakat Islamlah yang telah mencapai puncak kemajuan di berbagai bidang, terutama dalam memperluas dan mendalami berbagai disiplin ilmu, misalnya sains, matematika, astronomi, kedokteran, sastra, filsafat, mantik, ilmu politik, kemiliteran, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Masyarakat Islam jugalah yang telah berjaya dalam mengarungi samudera dan menjelajahi bumi bukan sekedar memperluas wilayah dan daerah jajahan saja akan tetapi lebih dari itu menyebarkan Islam dan ilmu pengetahuan di bumi Allah dimana saja mereka berpijak.

Akan tetapi apa yang telah terjadi pada umat Islam saat sekarang, terutama setelah dijajah selama berkurun waktu yang mengakibatkan pudar keunggulannya. Masyarakat Islam menjadi loyo, letih dan lesu, bagaikan seekor burung yang sayapnya patah yang tidak mampu lagi untuk bangkit dan mengepakkan sayapnya, tidak mampu untuk mengembangkan apa yang pernah diraihnya.

Sekarang faktor apa yang paling dominan menyebabkan kemunduran umat Islam pada saat sekarang ini? Apakah hanya faktor penjajahan saja – seperti disebut di atas - atau ada faktor lain? Mungkinkah karena umat Islam hanya lebih mementingkan kehidupan akhirat saja dan sudah melupakan kehidupan duniawinya? Apakah umat Islam sudah melalaikan ajaran Islamnya sendiri yang notabene sebagai agama atau cara hidup yang sempurna?

Untuk menjawabnya mari kita berpijak dari firman Allah swt.,

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" 
[QS. Al-Qashash: 77]

Untuk menjelaskan ayat di atas saya akan mencoba menguraikannya ke dalam 3 kategori utama sesuai dengan makna kandungan ayat, yaitu:
Pertama, kehidupan akhirat adalah tujuan. Allah swt., berfirman, 

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat". Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu. Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya" 
[QS. Al-Ankabut: 64]

Lalu, apa arti kita hidup di dunia ? Dunia tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar dalam urusan dunia.

Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterima kasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanja kita dengan nikmat-nikmatNya, kita sering kali memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu menghabiskan waktu kita.

Orang-orang bijak mengatakan bahwa dunia ini hanyalah keperluan, ibarat WC dan kamar mandi dalam sebuah rumah, ia dibangun semata sebagai keperluan. Karenanya siapapun dari penghuni rumah itu akan mendatangi WC atau kamar mandi jika perlu, setelah itu ditinggalkan. Maka sungguh sangat aneh bila ada seorang yang diam di WC sepanjang hari, dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari dibangunnya rumah itu. Begitu juga sebenarnya sangat tidak wajar bila manusia sibuk mengurus dunia sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan hidup. Sementara akhirat dikesampingkan.

Kedua, berusaha memperbaiki kehidupan dunia. Allah swt., berfirman: ”Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu".Ayat tersebut dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting dan agar tidak dilupakan, sebab dunia adalah ladangnya akhirat.

Masa depan termasuk kebahagiaan di akhirat kita, sangat bergantung pada apa yang diusahakan sekarang di dunia ini. Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya.

Untuk mengelola dan menggarap dunia dengan sebaik-baiknya, maka manusia memerlukan berbagai persiapan, sarana maupun prasarana yang memadai. Karena itu maka manusia perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya keterampilan yang mencukupi dan profesionalisme yang akan memudahkan dalam proses pengelolaan tersebut.

Allah juga mengingatkan manusia karena watak yang seringkali serakah, egois /sifat ananiyah dan keakuannya, agar dalam mengelola dunia jangan sampai merugikan orang lain yang hanya akan menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah (perang) antar sesamanya. Manusia seringkali karena keserakahannya berambisi untuk memiliki kekayaan dan harta benda, kekuasaan, pangkat dan kehormatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan hak-hak Allah, rasul-Nya dan hak-hak manusia lain. Karena itu Allah mengingatkan bahwa selamanya manusia akan terhina dan merugi, jika tidak memperbaiki hubungannya dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesamanya-manusia (hablun minannaas).

Ketiga, menjaga lingkungan. Sebagai sarana hidup, Allah swt., melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Mereka boleh mengelola alam, tetapi untuk melestarikan dan bukan merusaknya. Firman Allah dari sambungan ayat di atas: "Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".

Allah swt., menyindir kita tentang sedikitnya orang yang peduli pada kelestarian lingkungan di muka bumi. Dalam kaidah Ushul Fikih dikatakan, Ad-dlararu yuzalu: segala bentuk kemudharatan itu mesti dihilangkan. Nabi saw., bersabda: "La dlarara wala dlirara", artinya ialah tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain. Karena itu, bila kita ingin terhindar dari berbagai bencana harus ada revolusi total tentang pandangan manusia terhadap alam sekitarnya. Cara pandang kapitalistik dan individualistik yang ada selama ini harus diubah. Ini karena menganggap alam sekitarnya sebagai faktor produksi telah membuat orang rakus, serakah, dan sekaligus oportunis.
Walloohua'lam.

Semoga bermanfaat untuk kita semuanya
wassalaamu'alaikum :)
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 7:04:00 PM

Galau Dan Solusinya Secara Islami


Bismillaahirrohmanirrohiim...
Assalamu'alaikum Saudara-saudaraku....

Pada kesempatan ini saya akan mengangkat suatu masalah yang lagi tren masa kini, "GALAU".

Dalam perjalanan hidup tentu ada saja hal yang membuat hati resah, sakit sampai terluka. Terpendam sehingga menyebabkan dendam di hatinya. Resah yang berkepanjangan ini dan tiadanya solusi cenderung membuat seseorang GALAU. Apa sebenarnya arti dari kata GALAU ?

Galau adalah suatu istilah zaman modern yang sering dipakai untuk mewakilkan rasa yang sedih, gundah, resah, gelisah, pikiran yang cenat-cenut dan bercampur-aduk, yang jelas semua yang buat gk enak di hatilah, hiks :'( . Hal ini sering dirasakan oleh tiap orang. Tidak mungkin perjalanan hidup seseorang selalu berjalan mulus. Ada saatnya cobaan datang, adakalanya banyak yang buat serba salah, emosi bahkan sampai ingin marah untuk meluapkan perasaannya.

Nah..., dalam hal ini sesuai dengan judul yang penulis pilih di atas "Galau Dan Solusinya Secara Islami" mari kita bahas masalah ini dari sudut pandang Islam.

Allah berfirman dalam Al-Quran :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
[Q.S Al-Baqoroh 2 : 155]

Ayat di atas membuktikan kepada kita bahwa pasti ada yang namanya cobaan bagi setiap orang dalam perjalanan hidupnya. Setiap cobaan yang dihadapi manusia kiranya secara hakekat merupakan ujian, uji kesiapan mental sebagai muslim sejati, atau bahkan uji keimanan seseorang, seberapa kuatkah iman seseorang ketika ditimpa cobaan, apakah ia bertahan dan semakin bertambah imannya atau bahkan ia cenderung menjauh, mengupat atau sebagainya dan sampai menyalahkan Allah sang Khaliknya. Na'udzubillah.

  لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَاباً صَعَداً 

"Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat".
[Q.S Al-Jin ayat 17]

Ayat dan hadist dii atas mungkin telah cukup memmberi perngatan kepada kita dalam menghadapi ujian atau cobaan jika suatu saat ia menghapiri kita.

Untuk itu setelah kita tahu jika cobaan yang mungkin bisa membawa seseorang menjadi GALAU, bagaimana solusi GALAU secara Islami?

Pertama,
 Dalam Al-Quran Allah berfirman :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِين 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu , sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
[Q.S Al-Baqoroh 2 : 153]

Ayat tersebut jelas telah memberikan solusi bagi kita untuk bersikap dalam menghadapi setiap permasalahan yang terjadi. Orang yang sabar pasti tidak akan merasakan cobaan itu sangat berat sehingga membuatnya GALAU, orang-orang yang shalat tentunya cenderung akan merasakan ketenangan. Karena dengan Shalat hakekatnya ia berkomunikasi dengan Tuhannya. Dengan Shalat ia telah menyatakan dirinya sebagai seorang makhluk yang lemah dibandingkan dengan tuhannya ( ingat tentang tulisan sebelumnya tentang Tauhid dalam bacaan dan gerakan Shalat ), dalam shalat juga tepatnya ia selalu mengucapkan :


يَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ () اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ () صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ


"Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan, Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"
[Q.S Al-Fatihah 1 : 5-7]

Bukankah dengan ayat-ayat yang selalu kita lafazkan dalam shalat telah menyatakan bahwa kita bersandar kepadaNya? Sebagaimana firman Allah juga :

  الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."
[Q.S Ar-Ra'd ayat 28]
Intinya Solusi Pertama adalah Allah.

Kedua, jika kita membahas tentang GALAU, ialah GALAU itu merupakan perasaan atau emosi seseorang. Emosi itu juga tak luput dari yang namanya Nafsu. Nafsu terbagi 3 yaitu nafsu Muthmainnah, Nafsu Lawwamah dan Nafsu Ammarah. Dalam suatu hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau bersabda :

“Kebajikan adalah akhlak terpuji, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwamu serta engkau tidak suka apabila masalah itu diketahui orang lain.”

Dari hadits ini nampak jelas, bahwa dosa adalah segala sesuatu yang meresahkan jiwa, dosa adalah sesuatu yang membuat kita galau. Dan dosa-dosa itu berawal dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan baik itu sengaja ataupun tidak. Dan nafsu yang cenderung dengan dosa adalah nafsu Ammarah. Marah. bimbang, ragu dan resah tanpa kita sadari adalah bisikan syetan. Syetan Allah ciptakan dari Api, dan kita sama-sama tahu jika melawan api kita pakai air untuk memadamkannya. ( terlepas soda soda api ya..., kaco juga klu orang yang lagi malah disembur pake soda api, bukan padam, yang ada makin besar apinya mah....,heheheh ). Air yang dimaksudkan disini sebagai pereda amarah adalah Air wudhu'. Iya..., jika GALAU menyiksa pikiranmu cobalah berwudhu' sebagaimana hadist Rasulullahh :

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika kamu marah dalam keadaan berdiri, duduklah. Jika kamu masih marah, padahal sudah dalam keadaan duduk, berbaringlah. Jika kamu masih marah, padahal sudah dalam keadaan berbaring, segera bangkit dan ambil air wudu untuk bersuci dan lakukan shalat sunah dua rakaat.”
[HR. Abu Dawud dan Ahmad]

Intinya, Solusi kedua adalah dengan berwuudhu.

Ketiga, merujuk kepada firman Allah :

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal".
[Q.S Al-Anfaal ayat 2]

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun."
[Q.S Azzumar ayat 23]

"Dan Adz Dzikr (Al Qur'an) ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan.”
[QS. Al Anbiya’: 50.]

“Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada Nya". “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” 
[QS. Ar Ra’du: 27-28.]

Dari ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa salah satu solusi GALAU yang menimpa kita adalah dengan membaca Al-Quran  dengan maknanya.

Sebenarnya sangat banyak solusi GALAU yang ditawarkan Islam kepada kita. Misalnya jika kita merujuk kepada lagunya Mas OPICK tentang Tombo Ati, disana juga disajikan 5 obat hati yang sangat mujarab sesuai dengan ajaran Islam :
  1. Membaca quran dengan artinya;
  2. Shalat malam;
  3. Berkumpul dengan oorang-orang shaleh;
  4. Memperbanya Puasa;
  5. Dzikir di malam hari.
Subhanalloh...., belumkah tumbuh rasa syukur di hatimu bahwa Allah menciptakanmu sebagai seorang muslim? Yang memiliki ajaran yang sempurna, kitab yang tiada pernah diubah tapi selalu dapat dijadikan pedoman hidup sepanjang zaman, hukum dan rukun yang tertata rapi. Maha Benar Allah..., Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Berkuasa.

Smoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semuanya, dan semoga petunjuk dan rahmat Allah selalu bersama kita.

"Keep say...," NO GALAU, ada Allah bersamaku...."

Wassalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokatu...
Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 4:50:00 PM

Membiasakan Diri Berprasangka Baik ( khusnuzhon )


Bismillahhirrohmaanirrohiim,

Berperangka Baik atau sering kita sebut dengan istilah Khusnozhon adalah suatu kajian aqida akhlak Islam yang selalu dianjurkan bahkan diwajibkan kepada kita sebagai seorang muslim sebagaimana firman Allah :



يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” 
[Q.S Al-Hujurat: 12]

Berperasangka baik bertitik berat pada hati dan pikiran kita, memerlukan kesabaran dan keimanan yang baik.  Seseorang yang ditimpa musibah, sedang berada dalam kesedihan atau sebagainya yang bersifat melukai hatinya sering kali mencari kambing hitam dari semua masalah yang dialaminya.

Saudaraku...., bukannya  berperasangka baik itu adalah suatu usaha untuk melapangkan dan membersihkan hati? Sebaliknya, bukankan berperasangka buruk itu menyesakkan dadamu? Membuat pikiranmu sibuk serta emosimu susah untuk engkau kendalikan?

Dalam al-quran Allah berfirman :

"Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku."
[ Q.S al-Fajr : 27-30 ]

Jiwa yang tenang di atas maksudnya adalah jiwa-jiwa yang telah dipenuhi rahmat dan petunjuk Allah, hati jiwa yang tunduk terhadap perintah Allah. Secara ilmu tafsir, Adapun kata al-muthmainnah yang berarti jiwa yang tenang dalam ayat tersebut merupakan ism al-fâ’il dari al-thuma’nînah wa al-ithmi’nân. Secara bahasa, kata al-thuma’nînah berarti as-sukûn (diam, tenang, tidak bergerak). Dijelaskan juga oleh al-Asfahani, kata tersebut berarti as-sukûn ba’da al-inzi’âj (tenang setelah gelisah atau cemas). Menurut at-Tunisi, kata ithma’anna digunakan ketikahâdiran ghayra mudhtharib wa lâ munza’ij (tenang, tidak cemas dan tidak gelisah). Kata itu juga bisa juga digunakan untuk menunjuk ketenangan jiwa karena membenarkan apa yang dalam al-Quran tanpa ada keraguan dan kebimbangan. Oleh karena itu, penyebutan tersebut merupakan pujian atas jiwa tersebut. Bisa pula, ketenangan jiwa tersebut tanpa takut dan fitnah di akhirat. Jiwa yang tenang itu jua tak luput dari jiwa yang berperasangka baik, bersabar karenan Allah.



Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah menyampaikan sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya :

“Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka. Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan merendahkannya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini.” Beliau mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat ke tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat ke hati-hati dan amalan kalian.”
[HR. ِAl-Bukhari no. 6066 dan Muslim no. 6482]

Zhan yang disebutkan dalam hadits di atas dan juga di dalam ayat, kata ulama kita, adalah tuhmah (tuduhan). Zhan yang diperingatkan dan dilarang adalah tuhmah tanpa ada sebabnya. Seperti seseorang yang dituduh berbuat fahisyah (zina) atau dituduh minum khamr padahal tidak tampak darinya tanda-tanda yang mengharuskan dilemparkannya tuduhan tersebut kepada dirinya. Dengan demikian, bila tidak ada tanda-tanda yang benar dan sebab yang zahir (tampak), maka haram berzhan yang jelek. Terlebih lagi kepada orang yang keadaannya tertutup dan yang tampak darinya hanyalah kebaikan/keshalihan. Beda halnya dengan seseorang yang terkenal di kalangan manusia sebagai orang yang tidak baik, suka terang-terangan berbuat maksiat, atau melakukan hal-hal yang mendatangkan kecurigaan seperti keluar masuk ke tempat penjualan khamr, berteman dengan para wanita penghibur yang fajir, suka melihat perkara yang haram dan sebagainya. Orang yang keadaannya seperti ini tidaklah terlarang untuk berburuk sangka kepadanya. 
[Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an 16/217, Ruhul Ma’ani 13/219]

Saudaraku, Islam memfasilitasi umat manusia agar dapat menikmati hidup ini dengan tenang, damai dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan selalu tersenyum, ringan dalam melangkah, serta memandang dunia dengan berseri-seri. Inilah implementasi dari ajaran Islam yang memang dirancang untuk selalu memudahkan dan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Untuk mewujudkan hidup yang selalu tersenyum, ringan dan tanpa beban tersebut; Islam memberikan beberapa tuntunan. Yaitu di antaranya: menjaga keseimbangan, selalu berbaik sangka (husnuzhon), juga dengan berpikir positif.

Secara naluriah, setiap manusia pasti merindukan perubahan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupannya.Baik secara individu, maupun sosial untuk membangun jiwa serta pikiran yang bersih. Terutama dalam menyikapi kehidupan yang sarat dengan tantangan di era globalisasi saat ini. 

Banyak langkah yang ditempuh untuk membangun jiwa menuju pola pikir yang positif dan pikiran yang bersih berdasarkan hati nurani yang fitrah. Dimulai dengan mengubah paradigma dan meluluskan tekad dan niat yang tulus untuk meraih perubahan. Tidak berpikiran statis (jumud), tak angkuh, aniaya, egoisme, menjadi sosok yang berbeda, teguh dalam prinsif, istiqomah serta ridho dalam menerima takdir Allah swt.

Upaya membangun jiwa positif dalam kajian fokus kali ini, mari kita mengambil beberapa penelitian yang membahas tema kecemasan jiwa dari sisi pandang agama Islam yang dilandasi oleh keimanan yang telah meresap dalam qalbu manusia yang hatinya mati dapat dibangkitkan dengan ketenangan dan ketenteraman jiwanya.

Ada beberapa kiat bagaimana membangun jiwa yang memiliki perasangka yang baik secara Islam yakni sebagai berikut:

Pertama, luruskan pikiran. Berdasarkan firman Allah dalam surah Ar-Ra’du: 11, Allah menjelaskan tentang hukum perubahan dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya keadaan anda tidak akan berubah dari satu kondisi selama anda belum mengenal hukum perubahan ini dengan baik. Maka tinggal upaya anda untuk mengatasi rasa cemas atau agar terbebas dari keresahan.Tidak akan berguna hidup anda adalah refleksi dari gaya berpikir anda dengan kapasitas anda pula. Anda bisa sakit atau juga bisa menikmati sehat. Kedudukan seseorang bukan penentu kebahagiaan atau kesengsaraan seseorang. Tetapi bagaimana menyikapinya mengubah cobaan berat menjadi sebuah karunia seperti diungkap oleh Mujtahid dan ulama besar Ibnu Taimiyah berkata, 

Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku? Tamanku dan surgaku berada dalam dadaku. Membunuhku sama halnya dengan mati syahid. Mengasingkanku sama dengan bertamasya, memenjarakanku sama dengan berkhalwat. 

Kedua, tinggalkan sifat perfeksionisme, yaitu sifat orang-orang yang menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan semestinya atau berjalan dengan sekehendaknya. Sifat ini banyak menjadikan orang stress dan gangguan jiwa berupa cemas atau gangguan-gangguan lainnya. 
Ciri-ciri sifat perfeksionisme adalah : 
  • Mereka tidak mau menerima kekurangan yang ada pada dirinya.
  • Mereka ingin segala maksud dan tujuannya tercapai dengan mulus tanpa rintangan sesuai dengan yang diinginkan. 
  • Memiliki sifat hipokrit (munafik). Ada hadits Nabi Muhammad saw., yang mengandung makna demikian: “Orang yang mati syahid, orang yang berilmu, orang yang mengaku dermawan, ketiga-tiganya terlempar ke neraka lantaran lahiriahnya berjiwa malaikat, tapi karakternya berhati iblis”.
Ketiga, hilangkan rasa cemburu terhadap apa yang dimiliki orang lain. Rasa cemburu salah satu sebab timbulnya rasa cemas. Rasa cemburu timbul lantaran kurangnya memiliki sifat kepercayaan diri. Rasa cemburu tidak hanya menimpa pada sektor kehidupan rumah tangga saja, akan tetapi bisa dalam sector lainnya. Bisa cemburu lantaran orang tersebut kurang dihormati di masyarakat, padahal orang tersebut pintar, alim dan lainnya. Bisa cemburu lantaran kurang sukses dalam bidang ekonomi, politik, sosial, jabatan, gelar akademik dan sebagainya. Ingatlah, bahwa berpikir cemburu adalah cara berpikir yang keliru dan salah. Kita memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan yang kita miliki. Ingatlah, kebahagiaan anda bukan dari orang lain, tetapi muncul dari diri anda sendiri. 

Keempat, jadilah sosok berbeda dan jadilah diri sendiri.Islam sebagai agama kita telah menentang sifat ikut-ikutan. Islam sangat mengagumkan dalam independensi dalam kepribadian individu. Dalam Islam istilah ikut-ikutan dinamakan imma’iyyah, yang diambil dari kata imma’a yang tersusun dari 2 kata yang berarti jika dan ma’a, bersama-sama. Jadi artinya, jika orang berbuat ini, maka saya bersama mereka. Rasulullah saw., bersabda,

 “Janganlah kalian ikut-ikutan. Para sahabat bertanya: Apa arti Imma’atan ya Rasulullah?Rasulullah saw., menjawab, “Saya bersama orang-orang yang jika orang-orang berbuat baik, maka saya pun berbuat baik. Jika mereka berbuat zalim, maka saya pun berbuat zalim, melainkan aturlah dirimu sendiri,”
(HR. Turmudzi). 

Sistem tarbiyah yang dilakukan Nabi Muhammad saw., kepada para sahabatnya tak berdasarkan metode ikut-ikutan, dengan tujuan agar menghasilkan karakter yang berbeda beda, tapi memiliki keunggulan masing-masing. Sesuai dengan porsinya. Mari kita renungkan hadis Rasulullah saw., yang maknanya, 

“Orang yang paling penyayang kepada ummatku adalah Abu Bakar. Orang yang paling tegas dalam urusan agama atau hukum Allah adalah Umar bin Khotob, orang yang memiliki rasa malu adalah Utsman bin Affan, orang yang pandai membaca Quran adalah Ubay bin Ka’ab, orang yang pandai ilmu faroo-idl adalah Zaid bin Tsabit, orang yang paling pandai atau ‘alim adalah Mu’adz bin Jabal. Bukankah setiap umat ini ada yang berjiwa pemimpin? Dan orang yang memiliki jiwa ini adalah Abu Ubaidah bin Zarrah,” 
(HR. At-Tirmidzi, An Nasa’i, At- Thabarani dan Al Bayhaqqi). 

Kelima, berusaha untuk menghilangkan penyakit hati. Penyakit ini tentu bukan virus atau sejenis mikroba. Akan tetapi penyakit ini akibat adanya kerusakan pikiran yang bersumber dari hati manusia. Dan akibat tipisnya iman kita kepada Allah swt. Bahaya sifat ini ditegaskan Nabi Muhammad saw., 

"Waspadalah kalian dari sifat iri, karena sifat iri itu akan memakan kebaikan-kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar atau rerumputan kering".
 (HR. Abu Dawud). 

Tantangan hidup manusia di era globalisasi saat ini berkaitan dengan bagaimana cara membangun nilai-nilai positive thinking. Maka yang perlu kita sikapi sebagai da’i adalah bagaimana seharusnya profil seorang da’i yang selalu memberi pencerahan dan tausiyah kepada umat dalam membangun masyarakat madani yang berperadaban seperti diungkap oleh Nurcholis Madjid mengutip masyarakat yang pernah dibangun oleh Rasulullah saw., di Madinah. 

Ada 5 pilar dalam membangun masyarakat madani:
  1. Masyarakat rabbaniyah, masyarakar religius, yang dilandasi semangat berketuhanan atau tauhidiyah.
  2. Masyarakat demokratis, hidup dalam suasana musyawarah dalam memecahkan persoalan kemasyarakatan atau muamalat.
  3. Masyarakat toleran. Masyarakat Madaniyah adalah masyarakat majemuk, plural, baik dari suku maupun agama.
  4. Masyarakat yang berkeadilan.
  5. Masyarakat yang berilmu.
walloohu a'lam,

Semoga menjadi motivasi dan renungan untuk kita semuanya.
Bismillahhirrohmaanirrohiim,
"Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." 
[Q.S Al-Ashr 103 :1-3]

tulisan ini sebahagian di ambil dari catatan abanganda Dr. Fuji Rahmadi, MA, dengan ini penulis ucapkan terimakasih atas kajiannya yang sungguh sangat memotivasi penulis.

Semoga bermanfaat :)
Wassalaamu'alaikum warohmatullooohi wabarokatu.



Written by: Muchlis Al-Habibi
Al-Kautsar_@n Islamic Side Updated at: 10:18:00 AM
Home

Terpopuler